Rusia Blokade Pabrik Baja Azovstal dan Deklarasikan Kemenangan, Mariupol Bertahan dalam Pengepungan
Tentara Ukraina masih bertahan di Mariupol, meskipun Vladimir Putin mengklaim kemenangan dan mengatakan bahwa Rusia telah "memerdekakan" kota itu.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Tentara Ukraina masih bertahan di Mariupol, meskipun Vladimir Putin mengklaim kemenangan dan mengatakan bahwa Rusia telah "memerdekakan" kota itu.
Dilansir Independent, selama hampir 2 bulan pertempuran sengit di kota yang terkepung itu, pasukan Ukraina masih bersembunyi di pabrik baja Azovstal yang terletak di tenggara pelabuhan.
Sekitar 1.000 warga sipil juga diperkirakan berada di sana, mencari perlindungan di jaringan terowongan bawah tanahnya.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Kamis (21/4/2022), presiden Rusia memerintahkan menteri pertahanannya, Sergei Shoigu untuk hanya memblokade pabrik itu dan bukan menyerbunya.
"Blokir kawasan industri ini sehingga lalat tidak bisa melewatinya," kata Putin.
Ia juga memuji kerja Shoigu atas apa yang dia sebut sebagai operasi yang sukses untuk "membebaskan" kota.
"Tidak perlu masuk ke katakombe dan merangkak di bawah tanah melalui fasilitas industri itu," kata Putin.
Baca juga: Rusia Akhirnya Akui Kapal Perang Moskva Tenggelam, 1 Prajurit Tewas dan Puluhan Lainnya Hilang
Baca juga: POPULER Internasional: Rusia Blokade Pabrik Baja Mariupol | Ulang Tahun ke-96 Ratu Elizabeth
Namun, orang-orang Ukraina di lapangan menolak deklarasi kemenangan Putin.
Seorang tentara mengatakan kepada BBC bahwa selama mereka masih di sana, Mariupol tetap di bawah kendali Ukraina.
Para pejabat Barat menyebut keputusan pemimpin Rusia untuk memblokade pabrik baja adalah untuk mengamankan pasukan Rusia untuk kemudian berperang di tempat lain di Ukraina timur.
"Serangan darat yang dilakukan dalam skala penuh oleh Rusia di pabrik kemungkinan akan menimbulkan jumlah korban tentara Rusia yang signifikan, hal itu semakin mengurangi efektivitas tempur mereka secara keseluruhan," kata Kementerian Pertahanan Inggris (MoD) dalam pembaruan intelijen militer terbarunya.
Pemahaman serupa diutarakan oleh pensiunan Laksamana Muda Inggris Chris Parry.