Walikota Mariupol: Pertempuran Sengit Terjadi di Pabrik Baja Azovstal, 30 Anak Menunggu Dievakuasi
Walikota Mariupol mengatakan pertempuran sengit sedang berlangsung di pabrik baja Azovstal. Lebih dari 30 anak-anak tengah menunggu dievakuasi.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Menanggapi saran atas kunjungan ke ibukota Ukraina, Paus menjelaskan:
“Saya tidak akan pergi ke Kyiv sekarang, saya harus pergi ke Moskow terlebih dahulu, saya harus bertemu dengan Putin.”
Seruan Akhiri Perang
Selama wawancara, Fransiskus juga melaporkan percakapannya pada bulan Maret dengan Patriark Gereja Ortodoks Rusia Kirill, seorang pendukung setia invasi tersebut.
“Dengan kertas di tangan, dia membaca semua pembenaran untuk perang,” kata paus kepada Corriere.
“Saya mendengarkan dan mengatakan kepadanya: 'Saya tidak mengerti semua ini. Saudara, kami bukan ulama negara, kami tidak bisa menggunakan bahasa politik, tetapi bahasa Yesus. Untuk ini kami perlu menemukan jalan damai, untuk menghentikan tembakan senjata.'”
“Dia tidak bisa berubah menjadi putra altar Putin,” tambah Fransiskus.
Baca juga: Uni Eropa akan Melarang Minyak Rusia akibat Perang di Ukraina
Baca juga: Slovakia dan Hongaria Tolak Dukung Sanksi UE Terhadap Rusia
Kedua pemimpin agama itu seharusnya bertemu di Yerusalem, tetapi Vatikan membatalkan pertemuan itu untuk menghindari "kebingungan".
Fransiskus telah berulang kali menyerukan diakhirinya permusuhan di negara yang dilanda perang itu, tetapi tidak secara langsung mengkritik Putin.
Pada awal April, Fransiskus mengatakan beberapa “orang berkuasa, sayangnya terperangkap dalam klaim anakronistik dari kepentingan nasionalis, memprovokasi dan mengobarkan konflik”.
Fransiskus sering menyalahkan industri senjata, dan mengumumkan peningkatan pengeluaran pertahanan oleh Barat dalam beberapa pekan terakhir.
Tapi dia juga membela hak Ukraina untuk melindungi wilayah mereka dari invasi Rusia, sejalan dengan doktrin sosial Katolik.
Dia mengatakan kepada Corriere bahwa dia merasa dia terlalu disingkirkan untuk menilai moralitas memasok angkatan bersenjata Ukraina dari Barat.
Meski begitu, dia mencoba memahami mengapa Rusia bereaksi seperti itu.
"Kemarahan yang saya tidak tahu apakah Anda bisa mengatakan itu diprovokasi, tetapi mungkin difasilitasi," katanya.
(Tribunnews.com/Yurika)