Kuburan Ditemukan di 53 Sekolah Asrama Penduduk Asli Amerika
Penyelidikan Departemen Dalam Negeri terhadap sejarah kelam sekolah asrama penduduk asli Amerika Serikat telah menemukan kuburan di 53 sekolah.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Penyelidikan Departemen Dalam Negeri terhadap sejarah kelam sekolah asrama penduduk asli Amerika di Amerika Serikat, telah menemukan tempat pemakaman bertanda dan tidak bertanda di sekitar 53 sekolah.
Penemuan tersebut disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Amerika Serikat, Deb Haaland, Rabu (11/5/2022).
Haaland, anggota Kabinet Pribumi Amerika pertama, telah mengumumkan penyelidikan tahun lalu.
Dia merilis temuan awal pada hari Rabu dalam konferensi pers di Washington.
Haaland berbicara sambil menangis dan dengan suara tersendat.
"Kebijakan federal yang berusaha menghapus identitas, bahasa, dan budaya asli terus bermanifestasi dalam penderitaan yang dihadapi komunitas suku hari ini," kata Haaland, dilansir The Straits Times.
"Kita harus menjelaskan trauma masa lalu yang tak terucapkan."
Baca juga: Amerika Serikat Dukung Penguatan Peran ASEAN di Kawasan Indo-Pasifik
Baca juga: Polri Sebut 2 dari 5 WNI yang Disanksi Amerika Karena Danai ISIS Ternyata Eks Napi Teroris
Hingga Rabu, pemerintah AS belum memberikan pertanggungjawaban yang benar tentang warisan sekolah, yang menggunakan pendidikan untuk mengubah budaya sehingga tanah suku dapat diambil.
Untuk menyusun laporan Haaland, para peneliti menemukan catatan di 408 sekolah yang menerima dana federal dari tahun 1819 hingga 1969, dan 89 sekolah lain yang tidak menerima uang dari pemerintah.
Sekitar setengah sekolah dijalankan untuk pemerintah oleh atau didukung oleh gereja-gereja dari berbagai denominasi.
Banyak anak dilecehkan di sekolah, dan puluhan ribu tidak pernah terdengar lagi, kata aktivis dan peneliti.
Laporan tersebut mencatat bahwa pelecehan fisik, seksual, dan emosional yang merajalela terjadi di sekolah-sekolah dan didokumentasikan dengan baik.
Sejauh ini, penyelidikan telah menemukan lebih dari 500 anak yang meninggal saat berada dalam tahanan sekolah.
Penyelidik mengatakan mereka berharap untuk mengungkap lebih banyak kematian.