Turki, ICRC, dan PBB Fasilitasi Evakuasi Militan Azov dan Tentara Bayaran dari Azovstal
Presiden Ukraina Volodymir Zelensky juga khawatir tentara bayaran asing yang dilaporkan tetap berada di pabrik akan ditangkap pihak Rusia.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Pihak berwenang Ukraina terus mencari cara apa pun untuk menyelamatkan para petempur dan militant di Azovstal, Mariupol.
Tujuan utama pemerintah Ukraina mencegah penghancuran total pasukan Pasukan Keamanan Nasional yang dikepung pasukan Rusia di pabrik baja Azovstal.
Mengutip ulasan situs analisis intelijen Southfront.org, Sabtu (14/5/2022), kelompok militan di lokasi itu dianggap tak lagi penting secara militer, tetapi menjadi titik kunci di “depan” media.
Kelompok bersenjata nasionalis yang dikepung itu menciptakan citra pahlawan dan martir, dan jika pihak berwenang di Kiev meninggalkan mereka, itu akan melukai propaganda Ukraina.
Baca juga: Relawan Prancis Saksikan Kejahatan Perang Pasukan Ukraina dan Milisi NeoNazi Azov
Baca juga: Dua Perwira Tinggi Marinir Ukraina di Azovstal Akhirnya Menyerah
Baca juga: Kesaksian Pekerja Azovstal: Operasi Rusia Satu-satunya Cara Akhiri Neraka Ala Azov
Presiden Ukraina Volodymir Zelensky juga khawatir tentara bayaran asing yang dilaporkan tetap berada di pabrik akan ditangkap pihak Rusia.
Awalnya, Ukraina mengancam Rusia akan menghentikan negosiasi jika gerilyawan Azov dihancurkan. Kemudian, ketika ancaman ini tidak berpengaruh, Kiev mengusulkan opsi lain.
Yaitu pembebasan para pejuang Azovstal atau pertukaran mereka dengan tawanan perang Rusia, tetapi jelas ini tidak akan menyelesaikan masalah bagi Kiev.
Proses Evakuasi Militan Azov
Setelah PBB mengumumkan pembentukan tim untuk mengevakuasi warga sipil dari pabrik Azovstal di Mariupol, muncul pilihan baru menjadikan para pejuang sebagai warga sipil.
Lewat cara itu mereka bisa dikeluarkan dari pengepungan.
Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, sedang mencoba memaksa Rusia menandatangani "peta jalan" terkait itu.
Di antaranya opsi memungkinkan penggantian status warga sipil untuk petempur selama evakuasi Azovstal.
Upaya untuk menerapkan skema semacam itu dianggap isyarat putus asa pihak Kiev. Semua warga sipil yang meninggalkan zona pengepungan diperiksa dengan cermat.
Para pejuang akan diberikan berbagai tanda, termasuk memeriksa bau mesiu atau memar di lengan mereka akibat tembakan.
Sementara itu, pesawat Angkatan Udara Rusia terus mengebom pabrik Azovstal, tempat sisa-sisa batalion nasionalis Azov bersembunyi.
Turki telah setuju bertindak sebagai perantara dalam negosiasi antara Moskow dan Kiev mengenai evakuasi personel militer dari pabrik Azovstal di Mariupol.
Informasi itu dikemukakan Iryna Vereshchuk pada 13 Mei. Dia juga mengatakan Ukraina telah memberikan mandat evakuasi ke Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dan PBB.
“Kami ingin sebuah dokumen ditandatangani: persisnya bagaimana evakuasi dari Azovstal akan dilakukan,” kata Vereshchuk.
Ia menetapkan selain perwira militer, petugas polisi dan penjaga perbatasan tetap akan dipertahankan di kawasan pabrik yang hancur lebur itu.
Rusia Tidak Akan Negosiasikan Status
Pada 12 Mei, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, membantah laporan pihak berwenang Ukraina menyampaikan ultimatum ke Kremlin tentang Azovstal.
Pada 11 Mei, Ketua DPR Denis Pushylin mengatakan tidak ada warga sipil yang tersisa di pabrik Azovstal di Mariupol.
Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya telah mengumumkan evakuasi warga sipil telah selesai, setelah sebelumnya Rusia menawarkan agar semua yang bersenjata di Azovstal menyerah.
Semua orang yang meletakkan senjata dijamin kelangsungan hidupnya. Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan, Kiev akan menembak prajurit Ukraina yang berusaha menyerah.
Pada 28 April, setelah pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, perencanaan operasi mengevakuasi warga sipil dari pabrik Azovstal di Mariupol telah dimulai.
Setelah itu, pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan Kiev siap untuk negosiasi segera tentang evakuasi orang-orang dari Azovstal.
Pada saat yang sama, Dmitry Peskov menegaskan kata-kata Putin, warga sipil dapat pergi dan pergi ke mana saja. Jadi menurut Peskov, isu itu bukan topik untuk dinegosiasikan.
Pada 21 April, Presiden Rusia Vladimir Putin membatalkan penyerbuan pabrik Azovstal, menyebutnya tidak perlu.
Kepala negara juga membenarkan penyerbuan yang tidak perlu dengan kebutuhan untuk melindungi kehidupan dan kesehatan prajurit Rusia.(Tribunnews.com/Southfront/xna)