Jerman Modernisasi Leopard Hadapi Kemajuan Tank Tempur Utama Rusia
Konflik Rusia-Ukraina pun mengubah geopolitik Eropa. Finlandia dan Swedia yang ketakutan mendaftar jadi anggota NATO.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Konflik Rusia-Ukraina yang dimulai 24 Februari 2022 secara nyata kembali memperlihatkan karakteristik perang darat konvensional.
Perang melibatkan secara masif kendaraan-kendaraan tempur lapis baja, tank ringan hingga berat, dan penggunaan jenis-jenis rudal antitank yang sangat massif.
Ukraina dibantu kiriman senjata berlimpah seperti rudal antitank Javelin dari AS, NLAW dari Inggris, rudal Milan dari Prancis, mampu menghancurkan ratusan hingga ribuan ranpur dan tank Rusia.
Konflik Rusia-Ukraina pun mengubah geopolitik Eropa. Finlandia dan Swedia yang ketakutan mendaftar jadi anggota NATO.
Kedua negara ini sejak era perang dingin berstatus negara netral. Namun serangan Rusia mengubah sikap politik negara itu.
Perang tank juga membuat negara-negara Eropa yang semula pasifis, seperti Jerman, semakin serius mengkaji ulang kebijakan militernya.
Baca juga: Ini Dia T-14 Armata, Tank Tempur Tercanggih Rusia, Resmi Siap Operasi 2021
Baca juga: Melihat dari Dekat Simulator Tank Leopard di Sekolah para Prajurit Baret Hitam
Baca juga: Perkuat Pertahanan Sekutu NATO, AS Jual 250 Tank Abrams ke Polandia
Ahli militer V Boryushin dan V Sokolenko pernah menulis di Foreign Military Review terkait evolusi tank utama Jerman, Leopard.
Artikel lama Boryushin dan Sokolenko dipublikasikan ulang di situs analisis intelijen Southfront.org, Rabu (18/5/2022).
Proses pembangunan ulang armada tank Jerman dilakukan sejak beberapa tahun lalu.
Riset dilakukan komprehensif meliputi metode taktis tempur medan terbuka, perkotaan, dan penggunaan robot tempur.
Jumlah Tank Berat NATO Berkurang
Kesimpulan sementara, perang di masa depan tidak akan melibatkan tank tempur secara massal. Namun penggunaan tank tetap diperlukan di tugas taktis.
Konsep pengembangan tank tempur utama atau Main Battle Tank (MBT) sangat dipengaruhi proses reformasi pasukan darat.
Jumlah kendaraan tempur lapis baja berat (AFV) di pasukan banyak negara anggota NATO telah berkurang secara nyata.