Jerman Modernisasi Leopard Hadapi Kemajuan Tank Tempur Utama Rusia
Konflik Rusia-Ukraina pun mengubah geopolitik Eropa. Finlandia dan Swedia yang ketakutan mendaftar jadi anggota NATO.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Posisi dominan di hampir semua negara asing selama periode ini ditugaskan untuk program pengembangan dan produksi tank tempur berat ringan (hingga 30 ton) dan AFV beroda dan menengah (30 hingga 40 ton).
Negara-negara NATO seperti Prancis, Belgia, Denmark, Belanda dan Italia, muncul tawaran penggunaan ranpur beroda ringan dan sedang (AIFV, APC, ARV).
Namun di AS, Jerman, Inggris Raya, mereka mencoba untuk tidak memberikan preferensi seperti itu. Mereka menganggap serangan bersenjata di wilayah negara dalam waktu dekat harus dianggap tak mungkin.
Tugas paling penting dari pasukan darat Jerman pada tahap ini adalah untuk berpartisipasi dalam operasi untuk penyelesaian krisis situasi internasional.
Jerman kini mulai memodernisasi armada tank tempur utama Leopard yang ketinggalan zaman. Muncul tank Leopard-2A7/A8 untuk memperkuat batalyon tank dan brigade infanteri bermotor.
Ranpur sedang juga dimodernisasi, seperti AIFV Puma, APC Boxer, ARV Fennek, ACV Wiesel. Jerman juga menyiapkan tank tempur utama baru, Leopard-3 (seri ketiga).
Modernisasi Hadapi Kemajuan Tank Rusia
Jerman meningkatkan kapasitas tank modernnya mengingat ada peningkatan teknologi tinggi Rusia di pasukan tanknya. Rusia sudah meluncurkan tank T-14 Armata dan tank T-90.
Saat ini, para ahli militer Jerman berpendapat penampilan teknis tank Leopard-2 dan sifat tempur utama pada saat pembuatannya dioptimalkan terlebih dahulu.
Kementerian Pertahanan Jerman telah mengajukan riset pengembangan tank tempur utama berdasarkan tank Leopard-2.
Konflik militer beberapa tahun terakhir telah secara meyakinkan membuktikan musuh potensial menggunakan senjata anti-tank modern dan cukup efektif melawan tank baik di area terbuka maupun perkotaan.
Dalam kondisi ini, MBT dan kendaraan lapis baja lainnya (AIFV, APC) tidak cocok untuk skenario penggunaan tempur seperti itu dan tidak memberikan perlindungan cukup untuk kru.
Menurut pakar militer Jerman, saat ini pasukan darat negara itu tidak memiliki kendaraan tempur universal (termasuk MBT Leopard-2 dan Puma ARV) untuk melakukan operasi ofensif.
Baik di medan terbuka maupun dalam kondisi perkotaan, ketika musuh memiliki jumlah armada besar, dan memiliki berbagai senjata pengintai dan anti-tank.