Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kissinger Ulangi Seruan 8 Tahun Lalu, Ukraina Harusnya Jadi Negara Netral

Kissinger melampaui begitu banyak peristiwa penting di dunia, termasuk sepanjang perang dingin antara barat dan blok Uni Sovet.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Kissinger Ulangi Seruan 8 Tahun Lalu, Ukraina Harusnya Jadi Negara Netral
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Buku Bayangan Kissinger karya Greg Grandin dengan 5 halaman isi mengenai Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger mengulangi seruan dan pandangannya 8 tahun lalu, Ukraina harusnya jadi negara netral di Eropa.

Pernyataan disampaikan tokoh senior AS berusia 98 tahun itu di KTT Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Senin (23/5/2022) waktu setempat.

Selain Kissinger, Presiden Ukraina Volodymir Zelensky diberi panggung untuk menyampaikan pidato daringnya di forum tersebut.

Menurut Kissinger, krisis Ukraina idealnya akan menghasilkan transformasi Ukraina menjadi negara netral yang menjembatani Rusia dan Eropa.

"Sekitar delapan tahun yang lalu, ketika gagasan keanggotaan Ukraina di NATO muncul, saya menulis sebuah artikel, idealnya Ukraina dibentuk sebagai negara netral, jembatan Rusia dan Eropa," kata Kissinger.

"Saya pikir peluang itu sekarang tidak ada dengan cara yang sama, tetapi itu masih bisa dianggap sebagai tujuan akhir," imbuh diplomat kawakan yang masih sehat hingga usia menjelang satu abad.

Baca juga: Pakar Rusia Sebut Perang di Ukraina Sebagai Latihan Melawan NATO

Baca juga: NATO Tambah Anggota, Rusia akan Bangun 12 Pangkalan Militer Baru

Baca juga: Resmi Daftar Keanggotaan NATO, Finlandia Tetap Tolak Senjata Nuklir dan Pendirian Pangkalan Militer

Kissinger melampaui begitu banyak peristiwa penting di dunia, termasuk sepanjang perang dingin antara barat dan blok Uni Sovet.

Berita Rekomendasi

Menurut Kissinger, gerakan negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina perlu dimulai dalam dua bulan ke depan atau lebih.

Hasil konflik, tambah Kissinger, harus diuraikan sebelum menimbulkan gejolak dan ketegangan yang lebih sulit untuk diatasi.

Kissinger menyampaikan pandangannya itu selama diskusi virtual dengan pendiri dan Ketua Forum Ekonomi Dunia, Klaus Schwab, sebagai bagian pertemuan tahunan organisasi di Davos.

Kembali pada Maret 2014, ia menulis sebuah artikel opini untuk The Washington Post, Kissinger di artikelnya menulis: "Barat harus memahami, bagi Rusia, Ukraina tidak akan pernah menjadi negara asing,” tulisnya.

“Sejarah Rusia dimulai di apa yang disebut Kievan-Rus. Agama Rusia menyebar dari sana. Ukraina telah menjadi bagian dari Rusia selama berabad-abad, dan sejarah mereka terjalin sebelum itu," lanjut Kissinger.

Kissinger juga menekankan dalam artikel opini itu Ukraina tidak boleh bergabung dengan NATO. “Itu posisi yang saya ambil tujuh tahun lalu, ketika terakhir kali muncul," katanya.

"Terlalu sering masalah Ukraina diajukan sebagai pertikaian: apakah Ukraina bergabung Timur atau Barat,” katanya.

“Tetapi jika Ukraina ingin bertahan dan berkembang, itu tidak boleh menjadi pos terdepan dari salah satu pihak melawan yang lain, itu harus berfungsi sebagai jembatan di antara mereka," sambung Kissinger di artikel yang ditulisnya 2014.

Status netral, non-nuklir, non-blok Ukraina adalah salah satu tuntutan utama pihak Rusia. Pada Maret, Kiev menyatakan kesiapannya untuk menyetujui kondisi ini selama pembicaraan di Istanbul.

Tapi kemudian mengubah posisinya begitu elite negara barat, terutama Inggris dan AS mendorong Ukraina untuk melawan dan menghentikan semua negosiasi.

Kissinger dikenal karena usahanya meredakan ketegangan antara AS dan Uni Soviet, serta membuka hubungan AS dan China selama memimpin Kemenlu dan Penasihat Keamanan Nasional.

Prospek Rencana Geopolitik Rusia

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan Moskow mengharapkan peningkatan kerjasama ekonomi dengan Cina dan negara-negara di Asia karena barat menjadi lebih dictator.

Prospek geopolitik Rusia itu disampaikan Lavrov di depan para siswa Akademi Primakov, sebuah sekolah menengah elite Moskow yang dinamai salah satu pendahulunya, Senin (23/5/2022).

Lavrov menegaskan kembali tentang masa depan dan rencana ekonomi dan politik Moskow dan hubungannya dengan barat

Rusia bermaksud membangun lebih intens lagi hubungan dengan negara-negara merdeka dan akan memutuskan bagaimana berurusan dengan barat jika ketika itu masuk akal.

“Sekarang barat semakin mengambil posisi diktator, hubungan ekonomi kami dengan China akan tumbuh lebih cepat lagi,” kata Lavrov dikutip Russia Today, Selasa (24/5/2022) WIB.  

“Selain meningkatkan pendapatan negara, (situasi) ini akan memberi kami kesempatan mengimplementasikan rencana pengembangan Timur Jauh dan Siberia Timur,” tambahnya.

“Mayoritas proyek dengan China terkonsentrasi di sana. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk menyadari potensi kita di bidang teknologi tinggi, termasuk energi nuklir, dan sejumlah bidang lainnya,” imbuh diplomat senior ini.

Barat Tak Peduli Krisis Donbass

Pernyataan Lavrov itu merespon program “100 Pertanyaan untuk Pemimpin”, program acara Akademi Moskow.

Evgeny Primakov menjabat Menteri Luar Negeri Rusia dari 1996-1998, dan setelah itu menjadi Perdana Menteri Rusia.

Mengatasi gejolak yang sedang berlangsung di Ukraina, Lavrov mengatakan Moskow telah mencoba menyelesaikan krisis Donbass dengan meminta Kiev menerapkan Protokol Minsk.

Tetapi negara barat hanya berpura-pura peduli dengan pembicaraan tersebut, dan sebaliknya mendorong posisi arogan rezim Kiev.

Sekarang menurut Lavrov, barat marah terhadap Rusia yang membela kepentingan fundamentalnya yang benar-benar sah.

 “Mantra nyanyian barat dan menyatakan mereka harus mengalahkan Rusia, atau membuat Rusia kalah di medan perang  tanpa memahami sejarah atau sifat pemimpin Rusia,” tambahnya.

“Mereka pasti berprestasi buruk di sekolah,” canda Lavrov. “Saya yakin ini pada akhirnya akan berakhir. Barat pada akhirnya akan mengakui kenyataan di lapangan,” lanjutnya.

“Ia akan dipaksa mengakui tidak dapat terus-menerus menyerang kepentingan vital Rusia – atau Rusia, di mana pun mereka tinggal – dengan impunitas,” tambah Lavrov.

Jika kata Lavrov, ketika barat sadar dan ingin menawarkan sesuatu dalam hal melanjutkan hubungan, Rusia akan dengan serius mempertimbangkan apakah kita akan membutuhkannya atau tidak.

Moskow tidak hanya menerapkan strategi substitusi impor sebagai tanggapan terhadap sanksi anti-Rusia, tetapi dengan cara apa pun harus berhenti bergantung pada pasokan apa pun dari barat

Rusia, jelas Lavrov, akan mengandalkan kemampuannya sendiri dan negara-negara yang telah terbukti keandalan mereka dan bertindak secara independet.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas