Menlu Sergei Lavrov Beberkan Strategi Geopolitik Rusia, Dekati China dan Sebut Barat Diktator
Menlu Rusia beberkan strategi geopolitik terbaru dari negaranya, sebut ingin lebih dekat dengan China.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Miftah
"Ini jelas merupakan tindakan yang tidak biasa, tetapi ini adalah waktu yang tidak biasa," katanya.
Invasi Rusia telah berjalan selama tiga bulan, sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pasukannya pada 24 Februari 2022.
Ini menjadi serangan terbesar terhadap negara di Eropa sejak 1945.
Menyebabkan lebih dari 6,5 juta orang melarikan diri ke luar negeri dan bangunan di kota-kota Ukraina hancur tinggal puing-puing karena serangan.
Sebagai balasannya, Barat memberlakukan sejumlah saksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia.
Berbagai perusahaan global satu persatu menarik diri dari Rusia.
Setelah McDonalds, raksasa kopi Amerika Serikat, Starbucks turut menarik cabangnya di Rusia pada Senin (23/5/2022) setelah 15 tahun berbisnis di sana.
Sementara hubungan dengan Barat makin memanas, Rusia melihat perkembangan hubungan dengan China.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan Kremlin akan fokus pada pengembangan hubungan dengan China karena hubungan ekonomi dengan Amerika Serikat dan Eropa terputus.
"Jika mereka (Barat) ingin menawarkan sesuatu dalam hal melanjutkan hubungan, maka kami akan mempertimbangkan secara serius apakah kami akan membutuhkannya atau tidak," katanya dalam sebuah pidato, menurut transkrip di situs web kementerian luar negeri.
"Sekarang Barat telah mengambil 'posisi diktator', hubungan ekonomi kita dengan China akan tumbuh lebih cepat," imbuhnya.
(Tribunnews/Maliana/Ika Nur Cahyani)