Jurnalis Inggris dan Pemandunya Hilang di Amazon, Diduga Ulah Mafia Ikan Internasional
Penyelidikan polisi atas hilangnya jurnalis Dom Phillips dan ahli adat Bruno Pereira di Amazon, mengarah pada jaringan mafia ikan internasional.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Diduga Permusuhan Pribadi
Satu-satunya tersangka terkait hilangnya jurnalis dan ahli adat Amazon itu adalah seorang nelayan bernama Amarildo da Costa de Oliveira, juga dikenal sebagai Pelado.
Pelado sendiri telah ditahan oleh pihak berwenang.
Kepada Associated Press, keluarga Pelado menyangkal hubungan dengan kasus tersebut dan menuduh polisi militer melakukan penyiksaan untuk mendapat pengakuan.
Menurut laporan masyarakat adat yang bersama Pereira dan Phillips, nelayan itu mengacungkan senapan ke arah kedua pria itu sehari sebelum mereka menghilang.
Pereira, yang sebelumnya memimpin biro lokal lembaga Adat pemerintah yang dikenal sebagai FUNAI (Fundacao Nacional do Indio), aktif dalam beberapa operasi melawan penangkapan ikan ilegal.
Dalam operasi itu, biasanya alat tangkap disita atau dimusnahkan dan para nelayan didenda atau ditahan sementara.
Ini karena hanya Penduduk Asli atau pribumi yang dapat menangkap ikan secara sah di wilayah mereka.
Pejabat FUNAI, Maxciel Pereira dos Santos, ditembak mati pada 2019 di depan istri dan menantunya.
Pelaku kejahatan ini tidak terungkap hingga tiga tahun lamanya.
Baca juga: Jurnalis Ukraina Konfrontasi Langsung Menlu Rusia: Selain Biji-bijian, Apa Lagi yang Anda Curi?
Baca juga: Arapaima, Monster Sungai Amazon Yang Telah Bertahan Selama 23 Juta Tahun
Salah satu rekan dos Santos di FUNAI mengaku yakin pembunuhan itu terkait dengan operasi melawan nelayan dan pemburu liar.
"Motif kejahatan itu adalah perselisihan pribadi atas inspeksi penangkapan ikan," menurut spekulasi Wali kota Atalaia do Norte, Denis Paiva.
Walaupun beberapa polisi, wali kota dan lainnya di wilayah tersebut menghubungkan insiden ini dengan "mafia ikan", polisi federal tidak mengesampingkan kemungkinan lainnya.
Daerah ini juga memiliki aktivitas perdagangan narkotika yang tinggi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)