Kisah Korban Selamat Gempa Afghanistan: Jika Bukan Gempa, Mungkin Kemiskinan yang Membunuh Saya
Kisah para korban selamat dari gempa 5,9 skala richter di Afghanistan. Mereka menceritakan saat kejadian gempa hingga nasibnya sekarang.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Gempa bumi berkekuatan 5,9 skala richter (SR) melanda Afghanistan timur pekan lalu.
Akiba gempa tersebut, ribuan orang tewas.
Seorang bocah berusia 11 tahun bernama Naqib kehilangan rumah dan hampir seluruh keluarganya akibat gempa.
Orang tua dan empat saudara kandungnya sudah terkubur di puncak bukit yang menghadap ke distrik terpencil Gayan di provinsi Paktika yang dilanda bencana.
Bocah itu sekarang hanya memiliki satu saudara perempuan, Nesab, yang berusia empat tahun.
Baca juga: Gempa Afghanistan Tewaskan 1.150 Jiwa, Termasuk 155 Anak
Baca juga: Taliban Sebut Upaya Penyelamatan Korban Gempa Afghanistan Hampir Rampung
Gadis kecil itu terpaku di sisinya, diam-diam mendengarkan saat kakaknya mengingat bencana 22 Juni 2022, lalu.
“Saya terkubur di bawah reruntuhan bersama Nesab. Kami berteriak. Paman saya datang dan membantu kami keluar dari rumah yang hancur."
"Saat itu gelap, tetapi saya melihat tidak ada orang lain di keluarga saya yang berteriak. Mereka semua sudah mati,” katanya, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Di pagi hari, Naqib menyaksikan kerabat memandikan jenazah sebelum dikuburkan.
Itu terjadi secara kabur, dan matanya dipenuhi air mata saat mengingatnya.
Adiknya bingung, jika suatu saat menanyakan kapan orang tuanya akan bangun, dia akan menjawab bahwa mereka meninggal.
Sebanyak 35 orang meninggal dalam keluarga besar anak-anak; 45 orang terluka, beberapa di antaranya parah.
Kisah Naqib terlalu umum. Lebih dari 1.000 orang telah tewas dan 2.000 terluka dalam apa yang telah dicatat sebagai gempa bumi terburuk di Afghanistan dalam 20 tahun.
Menurut Kementerian Kesehatan Masyarakat negara itu, 35 seluruh desa telah hancur atau rusak.