Kisah Korban Selamat Gempa Afghanistan: Jika Bukan Gempa, Mungkin Kemiskinan yang Membunuh Saya
Kisah para korban selamat dari gempa 5,9 skala richter di Afghanistan. Mereka menceritakan saat kejadian gempa hingga nasibnya sekarang.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Garudea Prabawati
“Saya tidak tahu uangnya dari mana, karena rumah seperti itu lebih mahal. Itu satu-satunya pilihan jika saya ingin menjaga keluarga saya tetap aman,” katanya.
Rahmani kemudian menjelaskan bahwa dia juga akan mengasuh anak yatim piatu Naqib dan saudara perempuannya Nesab.
Gubernur Distrik Gayan Malawi Rahmatullah Darwish, sebelumnya seorang komandan Taliban yang terdiri lebih dari 100 tentara mengatakan dia akan membantu juga.
“Tepat setelah gempa terjadi, saya mengorganisir 40 anggota staf saya untuk membantu menghilangkan puing-puing, menggali orang, dan memanggil ambulans. Kami akan membantu membangun kembali rumah-rumah ini juga – dengan tangan kami sendiri,” katanya.
Rahmani mengatakan sebagian besar orang di desanya berusaha untuk terus maju, meskipun mereka telah kehilangan harapan.
Dia berdiri di tengah puing-puing rumahnya sendiri; sebuah kompleks bertembok di sebelah tempat Naqib sebelumnya tinggal bersama orang tuanya sendiri.
“Jika tidak ada gempa lagi yang membunuh kita, kemiskinan mungkin. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi saya harus bekerja keras untuk membangun kembali kehidupan kami – untuk keluarga saya.
(Tribunnews.com/Yurika)