Atasi Krisis BBM, Presiden Sri Lanka Jajaki Pembelian Minyak dengan Uni Emirat Arab
Gotabaya Rajapaksa juga akan mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA) dalam waktu dekat untuk membeli bahan bakar dari negara Teluk yang kaya minyak
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO – Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menjajaki opsi pembelian minyak dari Moskow.
Dilansir dari thehindu.com, Kamis (30/6/2022) Gotabaya Rajapaksa juga akan mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA) dalam waktu dekat untuk mengimpor bahan bakar dari negara Teluk yang kaya minyak.
Pada Senin (27/6/2022), Pemerintah Sri Lanka mengumumkan bahwa hanya layanan penting yang akan beroperasi dari tengah malam hingga 10 Juli mendatang dan semua operasi lainnya akan dihentikan sementara.
Baca juga: Krisis Energi di Sri Lanka Merambat ke Sektor Penerbangan, Pemerintah Bolehkan Impor Avtur
“Presiden Gotabaya telah berbicara dengan Presiden Putin untuk mengimpor bahan bakar dari Rusia. Dia juga berencana melakukan tur ke UEA untuk berdiskusi dengan para pemimpin mereka untuk mengimpor bahan bakar,” kata Anggota Parlemen Sri Lanka, Mahindananda Aluthgamage
Ekonomi Sri Lanka hampir terhenti setelah kehabisan cadangan devisa untuk mengimpor bahan bakar.
Pada Senin (27/6/2022), Rajapaksa mengatakan dalam sebuah tweet bahwa ia bertemu dengan Duta Besar Rusia untuk Sri Lanka Yuri Materiy untuk membahas krisis ekonomi negara itu karena kekurangan cadangan devisa yang melumpuhkan.
“Ada pertemuan yang produktif dengan Duta Besar Rusia Yuri Materiy kemarin. Mempertahankan hubungan bilateral yang kuat antara kedua negara kami, sambil fokus pada pengembangan peluang perdagangan yang dibahas secara luas pada pertemuan ini,” tweet Rajapaksa.
Menteri Tenaga dan Energi Terbarukan Sri Lanka, Kanchana Wijesekera terbang ke Qatar pada Senin (27/6/2022) untuk merundingkan kesepakatan pasokan bahan bakar jangka panjang dengan negara Teluk itu.
Baca juga: Bank Dunia akan Desain Ulang 17 Proyek yang sedang Berjalan di Sri Lanka
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, yang juga Menteri Keuangan Sri Lanka, telah memperingatkan bahwa negara itu akan membutuhkan hingga 5 juta dolar AS untuk membayar impor bahan bakarnya.
Akibatnya, sekolah telah ditutup selama dua minggu karena krisis bahan bakar yang sedang berlangsung dan pasokan telah dialihkan hanya ke layanan penting, sementara karyawan kantor sektor publik juga diminta untuk bekerja dari rumah.
Sementara itu, kantor statistik pemerintah mencatat pertumbuhan ekonomi Sri Lanka pada kuartal pertama tahun ini diproyeksikan minus 1,6 persen karena krisis ekonomi.
Sebuah rilis mengatakan bahwa kekurangan bahan bakar telah berdampak pada semua sektor yang membuat pengurangan produksi, sekaligus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang negatif.