Indeks Harga Konsumen Rusia Stagnan Setelah Tiga Minggu Mengalami Penurunan
pergerakan CPI yang datar memberi Bank Sentral Rusia kesempatan memangkas suku bunga, untuk membatasi penurunan pertumbuhan ekonomi.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Indeks harga konsumen (CPI) Rusia bergerak datar dalam sepekan, setelah mengalami penurunan selama tiga minggu berturut-turut.
Dikutip dari Reuters, pergerakan CPI yang datar memberi Bank Sentral Rusia kesempatan memangkas suku bunga, untuk membatasi penurunan pertumbuhan ekonomi.
Menurut data layanan statistik federal Rusia (Rosstat), sejauh tahun ini, indeks harga konsumen di Rusia naik 11,51 persen.
Baca juga: Rusia Loloskan RUU Aset Digital, PPN Bitcoin Kini Turun Jadi 13 Persen
Pada data terpisah, Kementerian Ekonomi Rusia mengatakan inflasi konsumen tahunan melambat menjadi 16,22 persen pada 24 Juni, turun dari 16,42 persen di minggu sebelumnya.
Menteri Ekonomi Rusia, Maxim Reshetnikov mengatakan di konferensi pada Rabu (29/6/2022), Rusia akan melihat penurunan indeks harga konsumen di bulan Juli.
Sementara Gubernur Bank Sentral Rusia, Elvira Nabiullina yang juga menghadiri konferensi dengan Reshetnikov, mengatakan bank sentral Rusia akan menurunkan suku bunga karena inflasi melambat.
Pertemuan dewan bank sentral Rusia yang dijadwalkan pada 22 Juli mendatang, diprediksi akan memangkas suku bunga utamanya 9,5 persen.
Pemulihan nilai mata uang rubel menjadi faktor melambatnya inflasi tahunan Rusia, yang mencapai rekor tertingginya sejak tahun 2002 di bulan April lalu, yaitu sebesar 17,83 persen.
Baca juga: Bank Sentral Rusia Larang Warga Negaranya Gunakan Kripto Untuk Pembayaran Domestik
Rusia mencatat deflasi mingguan pada bulan Mei untuk pertama kalinya sejak Agustus 2021, setelah inflasi mingguan melonjak menjadi 2,22 persen di awal Maret, menyusul invasi Moskow ke Ukraina pada 24 Februari.
Sejak memulai invasinya ke Ukraina, hampir semua harga di Rusia mulai dari sayur, gula, pakaian, hingga smartphone melonjak tajam, yang diakibatkan adanya gangguan logistik dan peningkatan volatilitas dalam rubel.