PM Inggris Boris Johnson Awalnya Tak Mau Mundur karena 'Mandat Kolosal', Lantas Muncul Desakan
PM Inggris Boris Johnson akhirnya mundur dari jabatannya seusai menerima desakan-desakan, hal ini buntut soal pelecehan seksual oleh anggota parlemen.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Garudea Prabawati
Dalam surat pengunduran dirinya, Chris Pincher mengatakan kepada PM bahwa dia "terlalu banyak minum" dan "mempermalukan diri sendiri dan orang lain" di klub malam di Westminster.
Tapi masalahnya ternyata jauh lebih serius.
Pincher diduga melakukan pelecehan kepada dua pria di klub itu.
Dua hal kemudian terjadi.
Pemerintah memberi tahu media bahwa Pincher telah menyadari bahwa dia berperilaku buruk dan dia tidak akan kehilangan jabatannya dan juga tidak akan menghadapi tindakan lebih lanjut.
Tapi di balik itu, anggota parlemen Konservatif sangat marah.
Tuduhan serupa tentang pelanggaran seksual rupanya pernah menjerat Pincher di masa lalu.
Namun Johnson tetap saja menempatkannya ke dalam posisi kekuasaan sebagai cambuk wakil ketua partai.
Posisi cambuk tersebut berperan sebagai penegak yang menjamin disiplin anggota parleman dan yang juga bertanggung jawab untuk hal-hal pastoral.
Baca juga: Deretan Skandal Pemerintahan Boris Johnson, dari Partygate hingga soal Video Porno
Tahu atau tidak tahu
Ceritanya kemudian menjadi tentang apakah Boris Johnson mengetahui tentang kasus Pincher dan kapan dia mengetahuinya.
Selama berhari-hari, para menteri dan juru bicara Johnson bersikeras bahwa sang perdana menteri tidak mengetahui skandal yang menjerat Pincher ketika ia ditunjuk sebagai wakil kepala cambuk.
Pada Senin malam, fakta terungkap ketika koresponden politik BBC Ione Wells mengungkapkan bahwa Johnson sebenarnya sudah tahu tentang kasus Pincher ketika dia menjadi menteri Kantor Luar Negeri dari 2019-2020.
Downing Street kemudian memberi tahu wartawan bahwa Johnson sebenarnya tahu tentang kasus itu, tetapi "lupa".