Tetsuya Yamagami, Pelaku Penembakan Shinzo Abe adalah Mantan Anggota Pasukan Bela Diri Maritim
Polisi Jepang mengungkapkan pelaku penembakan terhadap mantan PM Jepang Shinzo Abe adalah Tetsuya Yamagami, mantan anggota Pasukan Bela Diri Maritim.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Polisi Jepang mengungkapkan pelaku penembakan terhadap mantan PM Jepang Shinzo Abe adalah Tetsuya Yamagami, pria berusia 40 tahunan berdomisili di Nara Jepang.
Shinzo Abe ditembak dua kali dari belakang menggunakan shotgun oleh mantan anggota pasukan bela diri marinir (MSDF) Jepang, Tetsuya Yamagami.
Kepemilihan senjata api Tetsuya Yamagami masih terus diselidiki pihak kepolisian.
Polisi menduga Tatsuya Yamagami memperoleh senjati api dari jalur belakang termasuk pasar gelap yang dijual sekitar 500.000 yen.
Baca juga: Pelaku Penembakan Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe Ditangkap Polisi
Penjualan dan kepemilikan senjata api sangat dibatasi, dan insiden kekerasan menggunakan senjata api jarang terjadi.
Sebelumnya, mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe tak sadarkan diri sesaat setelah ditembak.
Shinzo Abe tampak berdarah setelah ditembak di bagian dada.
Aksi penembakan oleh orang tak dikenal itu terjadi saat Shinzo Abe sedang berpidato di dekat Stasiun Yamato-Saidaiji di Kota Nara, Jepang, Jumat (8/7/2022) jam 11.30 waktu setempat.
Shinzo Abe kemudian dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan ambulans.
Menurut reporter NHK di lokasi, dia mendengar suara seperti suara tembakan.
Markas Besar Polisi Prefektur Nara mengamankan identitas satu orang di lapangan yang diduga sebagai pelaku penembakan.
Seorang pejabat dari faksi Partai Demokrat Liberal mengatakan, saat kejadian Shinzo Abe sedang memberikan pidato jalanan di Prefektur Nara.
Baca juga: Shinzo Abe Dilarikan ke Rumah Sakit Usai Ditembak Saat Pidato di Nara
Menurut faksi LDP, jadwal Shinzo Abe hari ini memasuki Nara dari Bandara Haneda melalui Bandara Osaka untuk memberikan pidato jalanan, Jumat (8/7/2022) pagi untuk mendukung kandidat partai dalam pemilihan Senat (majelis tinggi), dan kemudian di jalan-jalan di Kyoto.