Washington “Lindungi” Israel di Kasus Pembunuhan Jurnalis Aljazeera Shireen Abu Akleh
Kemenlu AS mengeluarkan pernyataan kontradiktif terkait kasus pembunuhan jurnalis Aljazeera Shireen Abu Akleh.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Mereka mengklaim orang Palestina bertanggung jawab atas kejahatan tersebut. Video yang dibagikan dengan cepat dibantah oleh B'Tselem.
Mereka membuktikan melalui penyelidikan di lapangan bahwa orang-orang bersenjata Palestina yang ditampilkan dalam video tidak mungkin melepaskan tembakan mematikan.
Perdana Menteri Israel saat itu Naftali Bennett mengklaim kemungkinan besar orang Palestina justru yang bertanggung jawab.
Sesudah kejadian, Israel berusaha melecehkan keluarga Abu Akleh saat upacara pemakaman. Polisi secara kasar menyerang para pengusung jenazah di pemakaman jurnalis yang terbunuh di Yerusalem itu.
Lebih buruk lagi, polisi Israel memalsukan rekaman dari lokasi serangan mereka, untuk membuatnya tampak seolah-olah orang Palestina telah melemparkan benda ke polisi, sebelum serangan terhadap pelayat.
USSC belum memberikan kejelasan tentang bagaimana mereka bisa menarik kesimpulan itu.
Investigasi dari PBB, berbagai kelompok hak asasi manusia, CNN, Washington Post, New York Times, dan lain-lain, semuanya menunjukkan kesalahan Israel, tetapi tidak ada yang dapat menentukan maksud pasti dari tentara Israel yang menembak Abu Akleh.
Pernyataan AS tidak ada bukti yang menunjukkan serangan itu disengaja bertentangan dengan beberapa saksi mata yang mengatakan itu.
Jika penyelidikan AS mengandalkan klaim tentara Israel terlibat dalam baku tembak dengan militan Palestina (juga bertentangan dengan penyelidikan yang disebutkan di atas), maka kesimpulan mereka dipertanyakan.
Di atas segalanya, penilaian niat USSC kini telah memberi Israel alasan yang nyaman untuk menempatkan kasus pembunuhan warga negara AS itu di bawah karpet.
Menurut Robert Inlakesh, sebenarnya sekali lagi AS berpihak pada Israel disbanding kehidupan rakyatnya sendiri.(Tribunnews.com/RT/xna)