Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Presiden Putin Akan ke Iran, Diduga Terkait Opsi Impor Drone Tempur ke Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin akan berkunjung ke Teheran, Iran 19 Juli 2022. Putin akan bertemu Presiden Iran Ebrahim Raisi.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Presiden Putin Akan ke Iran, Diduga Terkait Opsi Impor Drone Tempur ke Rusia
Kalashnikov Group
Drone Zala Lancet 1 ini yang turut dikerahkan di perang Suriah sejak dua tahun lalu. Drone kamikaze buatan Rusia ini dianggap sangat efektif menggempur sasaran secara senyap. 

“Iran tidak terlibat dalam perang apa pun, jadi tidak membutuhkan semua drone itu, sementara Rusia dapat menggunakannya dalam kampanye Ukraina. Maka tidak heran kami dapat membeli berbagai jenis UAV dari Iran,” kata pakar militer itu.

Vladimir Sazhin, dari Institut Studi Oriental di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia dan seorang ahli tentang Iran, menepisnya.

“Iran memiliki banyak musuh di kawasan ini, termasuk Israel, negara-negara Teluk, Yordania dan Mesir. Bahkan ada proposal untuk membentuk 'NATO Timur Tengah.' Semua perkembangan ini terus menekan Iran, jadi saya tidak berpikir itu akan membahayakan kemampuan pertahanannya dengan memberikan drone ke negara lain,” ulasnya.

Sazhin juga meragukan kemampuan Teheran untuk memproduksi dan mengekspor UAV secara massal.

 “Iran memasok drone ke 'sekutunya' – kebanyakan, Houthi Yaman, dan kami hampir tidak dapat menghitungnya dalam ratusan, lusinan akan menjadi perkiraan yang lebih realistis, dan kami tidak bahkan tidak tahu jenisnya,” imbuhnya.

“Selain drone militer, Iran juga memproduksi model sederhana, hampir seperti mainan. Saya tidak berpikir Iran mampu meningkatkan skala produksi dalam waktu yang terbatas. Sistem yang diproduksi di Iran saat ini hampir tidak dapat diekspor,” lanjut Sashin.

Problem Apa yang Menghalangi?

BERITA REKOMENDASI

“Saya tidak berpikir ada rencana untuk menjual drone ke Rusia sebelum 24 Februari. Mungkin ada beberapa diskusi setelah itu, tapi saya ragu apa pun akan benar-benar terjadi,” kata Sazhin.

Dia percaya pertimbangan politik juga terlibat. Iran netral dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.

Posisinya yang tak tergoyahkan adalah bahwa gencatan senjata harus dicapai sesegera mungkin. Saya tidak berpikir Iran berencana untuk mengambil sisi, dengan mendukung Rusia dan menentang barat.

Dia juga mengatakan Teheran banyak berinvestasi dalam pembicaraan Wina untuk melanjutkan kesepakatan nuklir Iran, yang dihapuskan pemerintahan Donald Trump.

“Iran ingin melihat kesepakatan ini tercapai, karena ingin sanksi Barat dicabut. Uni Eropa, Jepang dan negara-negara lain mendukung Teheran dalam agendanya. Mereka tidak sabar menunggu sanksi dilonggarkan, karena itu akan memberi mereka akses instan ke ekonomi Iran, yang sedang dalam kesulitan,” jelas Sazhin.


Pakar itu juga mencatat, memasok Rusia dengan drone, Iran akan menghadapi lebih banyak tekanan dari barat, yang akan membahayakan kemitraan masa depan dengan negara-negara yang dapat menyediakan investasi dan teknologi.

“Itu bukan jenis risiko yang siap diambil Iran, konfigurasi ini tidak menguntungkannya,” tambah Sazhin.

Pakar tersebut mengatakan kesepakatan di balik layar antara Moskow dan Teheran juga tidak mungkin.

“Hari ini, kesepakatan seperti itu akan tetap menjadi rahasia hanya untuk beberapa jam. Bahkan jika Iran diam-diam memasok Rusia dengan drone-nya, mereka akan ditemukan di zona pertempuran. Ini akan menempatkan Iran dalam situasi yang lebih sulit,” menurut Sazhin.(Tribunnews.com/RT/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas