3 Kandidat yang Berebut Kursi Presiden Sri Lanka: Wickremesinghe hingga Pemimpin Partai Sayap Kiri
Tiga kandidat yang berebut kursi presiden Sri Lanka, yakni Dullas Alahapperuma, Anura Dissanayake, dan Ranil Wickremesinghe.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Arif Fajar Nasucha
Itu disebut sebagai sebuah pilihan yang diperkirakan akan memicu kritik terhadap pemerintah yang marah dengan krisis ekonomi yang mengerikan di negara itu.
Baca juga: Presiden Sri Lanka Cuma 15 Hari Diizinkan Tinggal di Singapura, Mau ke India Tapi Ditolak
Seperti diketahui, Gotabaya Rajapaksa kabur dari Sri Lanka setelah pengunjuk rasa yang marah oleh krisis menyerbu kediaman resminya dan menduduki gedung-gedung publik penting lainnya.
Dia kemudian mengajukan pengunduran dirinya melalui email ke ketua parlemen.
Masuknya Ranil Wickremesinghe sebagai kandidat presiden membuat beberapa orang marah.
Mereka marah karena melihat kemungkinan pemilihannya sebagai perpanjangan kekuasaan Gotabaya Rajapaksa dan potensi kembalinya dinasti Rajapaksa.
Mahkamah Agung pada hari Selasa menolak petisi terhadap status Ranil Wickremesinghe sebagai anggota parlemen.
Seandainya pengadilan menguatkan petisi tersebut, Ranil Wickremesinghe tidak akan memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai presiden.
Sementara itu, mahasiswa dan aktivis politik mengatakan mereka merencanakan protes pada hari Selasa.
Beberapa unggahan mengintimidasi yang beredar di media sosial memperingatkan anggota parlemen agar tidak kembali ke daerah pemilihan mereka jika mereka memilih Ranil Wickremesinghe.
Setelah para pengunjuk rasa secara singkat mengambil alih gedung-gedung publik minggu lalu dalam adegan dramatis yang mengejutkan, parlemen dijaga ketat oleh ratusan tentara, titik masuknya dibarikade.
Staf di parlemen dan wartawan digeledah secara menyeluruh sebelum mereka diizinkan masuk.
Baca juga: Ketua Parlemen Sri Lanka Beberkan Proses Konstitusional untuk Menunjuk Presiden Baru
Kapal Angkatan Laut berpatroli di danau yang mengelilingi gedung DPR.
Ekonomi Sri Lanka telah runtuh, cadangan devisanya habis, dan telah menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri.
22 juta penduduk Sri Lanka berjuang dengan kekurangan kebutuhan pokok seperti obat-obatan, bahan bakar dan makanan.