Media Barat Tetap Bungkam Terkait Keganasan Neo Nazi di Ukraina
Peristiwa Euromaidan 2014 dianggap kudeta politik Ukraina dan sejak saat itu kiblat Kiev beralih ke barat. Kelompok neo-Nasi diterima kehadirannya.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Laman media Sputniknews, Senin (25/7/2022), mempublikasikan artikel mengulik mengapa media arus utama barat bungkam atas eksisnya kelompok neo-Nazi Ukraina.
Kehadiran kelompok ultraradikal itu turut memantik kekerasan yang mendera warga etnis Rusia dan yang berbahasa Rusia di Donbass selama 8 tahun sejak revolusi Euromaidan 2014.
Setelah 2014, umumnya media arus utama barat mengambil sikap pro-Ukraina. Sedikit jurnalis barat yang kritis dan mau berbicara secara terbuka tentang neo-Nazisme Ukraina yang merajalela.
Baca juga: Batalyon Azov Ukraina Laboratorium Nyata Nazisme dan Fasisme
Baca juga: Relawan Prancis Saksikan Kejahatan Perang Pasukan Ukraina dan Milisi NeoNazi Azov
Baca juga: Rusia Temukan Jejak Kekejaman Batalyon Neo-Nazi Azov di Bandara Mariupol
Jurnalis Inggris Peter Hitchens termasuk satu di antaranya. Ia pernah menulis dalam kolomnya pada 21 Mei 2022 untuk Mail on Sunday.
"Sejak kegilaan liar setelah kematian Putri Diana, saya belum pernah bertemu gelombang sentimen bodoh seperti itu. Tidak ada yang tahu apa-apa tentang Ukraina,” tulis Hitchens.
Ia lalu bercerita, suatu malam dirinya mengejutkan seorang akademisi Oxford terkemuka. Hitchens memberitahunya orang-orang Ukraina yang cantik, seperti malaikat, suci, dan sempurna telah memblokir pasokan air ke Krimea pada 2014.
“Dia benar-benar dikejutkan oleh tindakan dendam yang keji dan tidak beradab ini, tetapi jauh lebih mengejutkan orang yang berpendidikan tinggi ini tidak mengetahui fakta penting ini," lanjut Hitchens.
Alasan ketidaktahuan ini adalah kekosongan informasi yang dialami oleh hampir seluruh audiens barat sejak 2014.
Kudeta Politik Euromaidan 2014
Pada musim dingin 2013-2014, Euromaidan terjadi di Ukraina, dan negara itu mulai mengalami perang saudara. Pers barat menyambut berita dari Kiev secara antusias.
Satu di antara jurnalis Inggris yang sejak awal tidak mendukung kudeta Ukraina dan kaum radikalnya adalah Graham Phillips.
Dia mengumpulkan bukti tentang genosida warga sipil di Donbass dan kejahatan perang oleh tentara Ukraina dan Pasukan Keamanan Nasional.
“Warga Ukraina cukup sering bertanya kepada saya mengapa saya tidak mendukung Euromaidan. Jawabannya sederhana: kakek saya berperang melawan fasisme selama Perang Dunia II,” jawabnya.
“Jika Anda mendukung Euromaidan, Anda mendukung mereka yang melawan mereka. Fasisme berakar kuat di Euromaidan, dan jelas dari mana ia tumbuh,” lanjutnya.