Ukraina Kecam Seruan Rusia yang Ingin Jatuhkan Hukuman Gantung kepada Tentara Azov: Negara Teroris
Rusia menyebut tentara Ukraina layak dihukum mati bukan dengan cara ditembak, tetapi digantung. Pejabat Ukraina menyebut Rusia negara teroris.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Pejabat Ukraina mengecam seruan kedutaan Rusia di Inggris agar para pejuang dari resimen Azov Ukraina menghadapi eksekusi dengan cara gantung, Sabtu (30/7/2022).
Dilansir The Guardian, Kedutaan Rusia itu mengatakan dalam sebuah cuitan:
"Militan Azov pantas dihukum mati, tetapi mati bukan dengan regu tembak tetapi dengan digantung, karena mereka bukan tentara sungguhan."
"Mereka pantas mendapatkan kematian yang memalukan."
Twitter mengatakan kedutaan Rusia telah melanggar aturannya tentang "perilaku kebencian".
Namun Twitter hanya memberi peringatan dan tidak melarang posting tentang Azov.
Baca juga: Ukraina Klaim Tewaskan Sejumlah Tentara Rusia Dalam Serangan Balasan di Kherson
Menanggapi cuitan Rusia itu, Andriy Yermak, kepala kantor kepresidenan Ukraina, mengatakan di Telegram:
"Rusia adalah negara teroris."
"Di abad ke-21, hanya orang biadab dan teroris yang dapat berbicara di tingkat diplomatik tentang fakta bahwa orang layak dieksekusi dengan cara digantung."
"Rusia adalah negara sponsor terorisme."
"Bukti apa lagi yang dibutuhkan?"
Sementara itu, Rusia mengumumkan pada hari Sabtu bahwa mereka melarang 32 pejabat dan jurnalis Selandia Baru memasuki wilayahnya.
Aksi itu dilakukan sebagai tanggapan atas tindakan serupa yang diambil oleh Wellington terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina, Agence France-Presse melaporkan.
Di antara mereka yang dikenai sanksi adalah walikota Wellington, Andrew Foster; walikota Auckland, Philip Goff; komandan angkatan laut Selandia Baru, Komodor Garin Golding; dan jurnalis Kate Green dan Josie Pagani, kata kementerian luar negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.