Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perusahaan Maskapai Rusia Akan Gunakan Suku Cadang Pesawat Tak Terbang Akibat Disanksi Barat

Maskapai penerbangan Kremlin kesulitan untuk mendapatkan suku cadang dari produsen Barat.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Perusahaan Maskapai Rusia Akan Gunakan Suku Cadang Pesawat Tak Terbang Akibat Disanksi Barat
HO
Maskapai penerbangan Aeroflot milik Rusia 

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Perusahaan maskapai penerbangan milik pemerintah Rusia, Aeroflot mulai melucuti beberapa superjetnya untuk mengamankan suku cadang pesawat yang tidak dapat mereka beli dari luar negeri.

Sanksi yang dilayangkan Barat pada Rusia akibat menyerang Ukraina pada akhir Februari lalu, telah membuat maskapai penerbangan Kremlin kesulitan untuk mendapatkan suku cadang dari produsen Barat.

Alasan inilah yang memaksa Aeroflot untuk mengamankan suku cadang dari pesawat yang tidak lagi terpakai.

Mengutip dari Reuters, Aeroflot rencananya akan membongkar dua pesawat buatan Rusia yaitu Sukhoi Superjet 100 dan sebuah Airbus A350, kedua nya dibongkar setelah pemerintah Rusia menetapkan status grounded atau dilarang terbang.

Baca juga: Vladimir Putin Puas, Pasukan Anti-Pesawat Rusia Sukses Rontokkan Puluhan Senjata Ukraina

Selain dua pesawat di atas, Aeroflot dikabarkan juga turut mengamankan suku cadang dari pesawat Boeing 737 dan Airbus A320 Aeroflot.

Langkah tersebut diambil Rusia agar maskapai penerbangannya yang berstatus grounded dapat didaur dan digunakan kembali.

Berita Rekomendasi

Dengan begini setidaknya beberapa pesawat Rusia yang harus diperbarui seperti A320neo, A350 dan Boeing 737 MAX dan Boeing 787 dapat kembali beroperasi hingga 2025.

Sebelum dijatuhi sanksi Barat, Aeroflot pernah menjadi pernah menjadi salah satu maskapai top dunia, namun imbas sanksi invasi sekitar 80 persen armada Aeroflot yang terdiri dari Boeing dan Airbus tidak dapat lagi melakukan perbaikan suku cadang ke produser Barat.

Tak hanya itu, 50 pesawat dari armada Aeroflot juga dilarang terbang menuju Barat. Tekanan inilah yang membuat  Aeroflot mengalami penurunan lalu lintas hingga 22 persen hanya dalam kurun waktu tiga bulan terakhir tepatnya pada kuartal kedua tahun 2022.  

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas