Rusia Rekrut Napi Pembunuhan untuk Perang, Janjikan Amnesti hingga Bayar Nyawa Mereka dengan Rp1,2 M
Rusia merekrut narapidana pembunuh untuk ikut perang di Ukraina. Kremlin menjanjikan amnesti enam bulan hingga akan memberi uang Rp 1,2 miliar.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Ada semakin banyak bukti bahwa Kremlin merekrut narapidana Rusia untuk berperang di Ukraina.
Selama sebulan penyelidikan, CNN telah berbicara dengan narapidana yang terjebak dalam skema perekrutan terbaru Rusia.
Dari sel penjaranya yang sempit, seorang narapidana pelanggaran narkoba berbicara dengan syarat anonim menggunakan smartphone selundupan untuk menguraikan kondisi yang ditawarkan perekrut.
"Mereka akan menerima pembunuh, tetapi bukan pemerkosa, pedofil, ekstremis, atau teroris," katanya.
Amnesti atau pengampunan dalam enam bulan ditawarkan kepada mereka.
"Seseorang berbicara tentang 100.000 rubel (sekitar Rp 24,5 juta) sebulan, 200.000 rubel (sekitar Rp 49 juta) lagi. Semuanya berbeda," tambahnya.
Baca juga: Ledakan Besar Hancurkan Pangkalan Udara Rusia di Krimea, Diduga Serangan Rudal Jarak Jauh Ukraina
Dia mengatakan tawaran itu dibuat ketika orang-orang tak dikenal, yang diyakini sebagai bagian dari perusahaan kontraktor militer swasta, datang ke penjara pada paruh pertama Juli.
Penerimaan ke dalam program itu akan mengarah pada pelatihan dua minggu di wilayah Rostov di Rusia selatan.
Para perekrut tampaknya tidak mempertimbangkan pengalaman militer untuk merekrut narapidana, jelasnya.
"Dalam kasus saya, jika itu nyata, maka saya mendukungnya," kata narapidana itu.
"Itu bisa membuat perbedaan nyata bagi saya: dipenjara selama hampir satu dekade, atau keluar dalam enam bulan jika Anda beruntung. Tapi itu jika Anda beruntung. Saya hanya ingin pulang ke rumah anak-anak sesegera mungkin. Jika opsi ini memungkinkan, mengapa tidak?"
Narapidana itu mengatakan 50 tahanan telah dipilih untuk perekrutan dan ditempatkan di karantina di penjara, tetapi dia mendengar ada 400 orang yang melamar.
Sementara itu, aktivis hak asasi yang bekerja di sistem penjara Rusia mengatakan sejak awal Juli mereka telah dibanjiri laporan dari seluruh Rusia dari kerabat yang cemas, prihatin dengan nasib kerabat mereka di penjara.
"Dalam tiga minggu terakhir (di bulan Juli), ada gelombang yang sangat besar dari proyek ini untuk merekrut ribuan tahanan Rusia dan mengirim mereka ke perang," kata Vladimir Osechkin, kepala Gulagu.net, sebuah kelompok advokasi tahanan.