Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

The Satanic Verses, Buku Kontroversial yang Membuat Salman Rushdie Jadi Target Pembunuhan Iran

The Satanic Verses, buku karya Salman Rushdie dianggap melecehkan umat Islam. Salman Rushdie pun menjadi target pembunuhan mayoritas Muslim di Iran.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in The Satanic Verses, Buku Kontroversial yang Membuat Salman Rushdie Jadi Target Pembunuhan Iran
AFP/Kenzo TRIBOUILLARD
Kiri: Foto yang diambil pada 27 Mei 1989, memperlihatkan seorang pria Islam memegang poster yang menyerukan kematian penulis Inggris Salman Rushdie di dekat Jembatan Westminster di London. Kanan: Penulis Inggris Salman Rushdie mengambil bagian dalam acara TV "Le grand journal" di set Saluran TV Prancis+ di Paris pada 16 November 2012. 

TRIBUNNEWS.COM - The Satanic Verses, novel yang ditulis Salman Rushdie pada tahun 1988, membuat dirinya dikecam oleh banyak pihak terutama mayoritas Muslim di Iran.

Salman Rushdie lahir di India tetapi tumbuh di Inggris.

Ia mengawali karier sebagai copywriter periklanan.

Dilansir The Guardian, Salman Rushdie tidak menyangka gelombang kemarahan yang menumpuk dapat mengancam nyawanya.

Pada Oktober 1988, Salman Rushdie sudah membutuhkan pengawal karena menghadapi berbagai ancaman kematian, membuatnya membatalkan sejumlah perjalanan.

Satu demi satu, negara mayoritas Muslim melarang buku The Satanic Verses.

Baca juga: 7 Fakta Penikaman Penulis Kontroversial Salman Rushdie, Diserang saat Jadi Pembicara di Sebuah Acara

India, Pakistan, Bangladesh, Sudan, Afrika Selatan, Sri Lanka, Kenya, Thailand, Tanzania, Indonesia, Singapura, dan Venezuela, termasuk di antara negara-negara yang kini melarang buku tersebut.

Berita Rekomendasi

Pada bulan Desember di tahun itu, ribuan Muslim berdemonstrasi di Bolton, Greater Manchester, dan membakar buku-bukunya.

Pada 13 Februari 1989 di Islamabad, enam orang tewas dalam serangan massa di pusat kebudayaan AS di ibu kota Pakistan untuk memprotes buku tersebut.

Ada pula kerusuhan di Srinagar dan Kashmir.

Sehari setelah kerusuhan itu, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengeluarkan dekrit agama, sebuah fatwa, yang menyerukan kepada semua Muslim untuk mengeksekusi tidak hanya Salman Rushdie, tetapi semua orang yang terlibat dalam penerbitan buku tersebut.

Sebuah yayasan keagamaan Iran bahkan menawarkan hadiah $ 1 juta, atau $ 3 juta untuk seorang warga Iran jika melakukan pembunuhan terhadap Salman Rushdie.

Iran memutuskan hubungan dengan Inggris karena masalah ini.

Salman Rushdie kemudian bersembunyi dan tinggal selama beberapa tahun, sebagian besar waktu di rumah pertanian terpencil di Wales.

Dalam file foto yang diambil pada 10 September 2018, penulis Inggris Salman Rushdie berpose saat sesi foto di Paris. - Rushdie, yang tulisan kontroversialnya membuatnya menjadi sasaran fatwa yang memaksanya bersembunyi, ditikam di leher oleh seorang penyerang di atas panggung hari Jumat di negara bagian New York barat, menurut Kepolisian Negara Bagian New York. Yang diserang berada dalam tahanan. (Photo by JOEL SAGET / AFP)
Dalam file foto yang diambil pada 10 September 2018, penulis Inggris Salman Rushdie berpose saat sesi foto di Paris. (Photo by JOEL SAGET / AFP) (AFP/JOEL SAGET)
Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas