15 Imigran Tewas Kehausan di Gurun Pasir Perbatasan Sudan-Libya
Setidaknya 15 orang migran ditemukan tewas di sebuah gurun perbatasan antara Sudah dengan Libya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM – Setidaknya 15 orang imigran ditemukan tewas di sebuah gurun perbatasan antara Sudah dengan Libya.
Para imigran tersebut tewas kehausan setelah mobil yang ditumpanginya kehabisan bahan bakar dalam perjalanan berbahaya di tengah gurun saat akan meninggalkan di Sudan.
Mereka meninggalkan Sudah karena ingin mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.
Dilaporkan oleh AP, Departemen Pemberantasan Migrasi Tidak Teratur di kota tenggara Kufra mengatakan para imigran sedang dalam perjalanan dari Sudan ke Libya ketika kendaraan mereka mogok karena kekurangan bahan bakar.
Baca juga: Bawa Kabur Imigran Rohingya ke Langsa, Warga Bireuen Mengaku Upahnya Rp 2 Juta Per Orang
Badan tersebut mengatakan sembilan imigran lainnya selamat sementara dua masih hilang di padang pasir.
Ada perempuan dan anak-anak di antara para migran, tetapi agensi tidak merinci berapa banyak. Itu juga tidak mengungkapkan penyebab kematian para imigran, tetapi mengatakan mereka tidak memiliki cukup makanan dan air.
Dikatakan para imigran semuanya orang Sudan, negara yang kacau selama bertahun-tahun. Para migran kemungkinan berusaha mencapai Libya barat dalam upaya untuk menaiki kapal penyelundup ke Eropa.
Badan tersebut memposting gambar di Facebook yang menunjukkan mayat para migran yang tewas yang kemudian dibakar di padang pasir.
Tragedi itu adalah yang terbaru di gurun Libya yang luas. Pada bulan Juni, pihak berwenang di Kufra mengatakan mereka menemukan mayat 20 migran yang mereka katakan meninggal karena kehausan di padang pasir setelah kendaraan mereka mogok di dekat perbatasan dengan Chad.
Libya dalam beberapa tahun terakhir muncul sebagai titik transit dominan bagi para migran yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Afrika dan Timur Tengah.
Negara kaya minyak itu jatuh ke dalam kekacauan menyusul pemberontakan yang didukung NATO yang menggulingkan dan membunuh otokrat lama Moammar Gadhafi pada 2011.
Penyelundup manusia dalam beberapa tahun terakhir telah mendapat manfaat dari kekacauan di Libya, penyelundupan migran melintasi perbatasan panjang negara itu dengan enam negara.
Para migran kemudian dikemas ke dalam perahu karet yang tidak lengkap dan berangkat dalam perjalanan laut yang berisiko.