Pemukiman Strategis Peski Jatuh ke Tangan Rusia, Pilar Utama Ukraina di Donbas Makin Berkurang
Pasukan Rusia telah menetapkan kendali penuh atas pemukiman Peski di Republik Rakyat Donetsk (DPR), kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM – Satu lagi daerah di Ukraina jatuh ke tangan tentara Vladimir Putin di lokasi yang strategis.
Juru bicara kementerian pertahanan Russia, Letnan Jenderal Igor Konashenkov Pasukan Rusia telah menetapkan kendali penuh atas pemukiman Peski di Republik Rakyat Donetsk (DPR).
“Sebagai akibat dari serangan pasukan sekutu [pasukan Rusia dan milisi DPR], pemukiman Peski telah sepenuhnya dibebaskan,” kata Igor Konashenkov dalam pengarahan hariannya pada hari Sabtu (13/8/2022).
Peski, yang terletak sekitar 2 km dari Bandara Donetsk, telah menjadi salah satu pilar utama garis pertahanan rumit Ukraina di DPR.
Baca juga: 9 Pejabat dan Pengusaha Rusia Tewas Secara Misterius Selama Perang Ukraina, Siapa Saja Mereka?
Benteng utama di timur Ukraina yang biasa disebut Donbas tersebut teruss berkurang oleh serbuan pasukan Rusia.
Pemukiman itu telah dijaga ketat sejak 2015. Seorang komandan milisi DPR mengatakan kepada Channel One Rusia pekan lalu bahwa daerah itu telah berubah menjadi “satu garnisun besar”, tempat semua warga sipil dievakuasi sejak lama.
Semua bangunan di Peski dikelilingi oleh parit, sementara pertahanan Ukraina telah didirikan “sesuai dengan standar NATO,” katanya.
Operasi gabungan untuk merebut pemukiman itu dimulai pada akhir Juli dan terjadi pertempuran sengit dan penembakan artileri.
Pada awal Agustus, Presiden Ukraina Vladimir Zelensky menggambarkan situasi di Peski dan Avdeevka di dekatnya dengan mengatakan bahwa “hanya neraka di sana. Itu bahkan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata."
Juru bicara Kemenhan Rusia Igor Konashenkov mengatakan, serangan terhadap pasukan dan infrastruktur militer Kiev berlanjut di bagian lain Ukraina selama 24 jam terakhir.
Antara lain, peluncur roket ganda HIMARS dan gudang yang menyimpan amunisi dihancurkan di dekat kota Kramatorsk di DPR, menurut juru bicara itu.
Lebih dari seratus tentara Ukraina dan anggota kelompok Nasionalis Sektor Kanan juga tewas dalam serangan di dekat desa Starye Terny di DPR, tambah Konashenkov.
Radikal dari Sektor Kanan memainkan peran kunci selama kudeta kekerasan di Kiev pada tahun 2014 dan kemudian mengambil bagian aktif dalam pertempuran di Donbass selama dua tahun ke depan.
Baca juga: Ukraina Sebut Rusia Gagal Buat Kemajuan di Donetsk, Staf Umum: Mereka Menderita Kerugian
Pengungsi
Lebih dari 20.500 penduduk Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk melintasi perbatasan Rusia di wilayah Rostov selama sehari terakhir, kata departemen perbatasan Dinas Keamanan Federal kepada wartawan, Kamis (11/8/2022).
"Selama satu hari terakhir, lebih dari 20.500 warga telah memasuki Rusia melalui pos pemeriksaan di wilayah Rostov," kata layanan pers dikutip kantor berita TASS.
Menurut laporan itu, hampir 2,5 juta warga Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk telah melintasi perbatasan Rusia di wilayah Rostov sejak Februari.
Baca juga: Serangan Balasan Ukraina di Kota Donetsk, Hotel Berisi Jurnalis Jadi Sasaran Rudal
Situasi di saluran kontak di Donbass meningkat pada 17 Februari. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan pengakuan atas Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, yang para pemimpinnya menandatangani perjanjian tentang persahabatan, kerja sama, dan bantuan timbal balik.
Pada sisi lain, Rusia telah menggandakan jumlah serangan udara terhadap posisi militer dan infrastruktur sipil Ukraina dibandingkan dengan minggu sebelumnya, Brigadir Jenderal Ukraina Oleksiy Hromov mengatakan pada hari Kamis.
“Pesawat dan helikopter musuh menghindari terbang ke jangkauan pertahanan udara kami, dan karena itu akurasi serangan ini rendah,” katanya dalam konferensi pers.
Baca juga: Menyerah di Azovstal, Ditahan di Donetsk, Mati Dibom Negaranya Sendiri
Sementara itu, parlemen Latvia menyebut Rusia sebagai "negara sponsor terorisme" atas perang di Ukraina dan meminta sekutu Barat untuk menjatuhkan sanksi yang lebih komprehensif terhadap Moskow untuk mengakhiri konflik, lapor Reuters.
Dalam berita lain, sebuah kapal yang membawa gandum dan dijadwalkan berangkat dari pelabuhan Chornomorsk Ukraina di bawah kesepakatan yang ditengahi PBB pada Kamis tidak dapat berlayar karena kondisi cuaca buruk, kata kementerian pertahanan Turki kepada Reuters.
Kesepakatan yang ditengahi oleh PBB dan Turki antara Rusia dan Ukraina telah memungkinkan 12 kapal berangkat dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina sejak 1 Agustus. (Russia Today/Reuters/TASS/AP)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.