Tak Terpengaruh Sanksi Barat, Pendapatan Ekspor Minyak Rusia Malah Meningkat 38 Persen
Kenaikan tersebut terjadi setelah harga minyak yang dibanderol di pasaran global dipatok lebih tinggi. Dimana harga ekspor rata-rata bensin naik
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Menurut dokumen yang dirilis kementerian ekonomi Rusia, volume ekspor minyak asal Moskow kini tengah mengalami peningkatan drastis hingga melonjak sebanyak 38 persen dari akhir 2021 hingga pertengahan 2022.
Kenaikan tersebut terjadi disaat Rusia ramai dijatuhi sanksi embargo energi oleh Uni Eropa, kekebalan negara pimpinan Putin ini bahkan telah membuat pendapatan tahunan Rusia diprediksi naik menjadi 337,5 miliar dolar AS.
Mengutip dari Al Jazeera, kenaikan tersebut terjadi setelah harga minyak yang dibanderol di pasaran global dipatok lebih tinggi. Dimana harga ekspor rata-rata bensin naik dua kali lipat menjadi 730 dolar AS per 1.000 meter kubik.
Baca juga: Myanmar Akan Impor Migas dari Rusia Redam Kenaikan Harga Energi
Lonjakan tersebut lantas membuat sejumlah negara-negara bersahabat dari Asia mulai meningkatkan pembelian minyak dari Rusia hingga akhir 2025 mendatang.
Dengan begini pendapatan ekspor minyak Rusia dapat melonjak naik, meski kini Eropa mulai memberlakukan aturan embargo minyak Rusia.
“Dampak sanksi terhadap ekonomi Rusia sangat tidak merata. Di beberapa sektor, telah menjadi bencana besar, seperti industri mobil. Namun untuk sektor minyak relatif tidak terluka untuk saat ini,” kata Janis Kluge, rekan senior di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan.
Sebelum Rusia menekan kontrak dengan para importir Asia, raksasa migas Gazprom menyebut bahwa ekspor volume gas pipa Rusia pada beberapa bulan terakhir telah menyusut menjadi 170,4 miliar meter kubik (bcm), sebagai imbas dari larangan embargo Barat.
Angka tersebut melesat jauh apabila dibandingkan dengan volume ekspor di tahun 2021 dimana saat itu output pengiriman gas Rusia bisa mencapai 205,6 bcm. Penurunan ini bahkan telah membuat laju ekonomi Rusia menyusut lebih dari 12 persen.
Baca juga: Myanmar Akan Impor Migas dari Rusia Redam Kenaikan Harga Energi
Tak hanya itu, tekanan embargo Barat juga telah membuat produk domestik bruto (PDB) Rusia ambles 4,2 persen serta pendapatan nyata disposabel merosot 2,8 persen di sepanjang tahun ini. Namun usai sejumlah negara di Asia seperti China dan India mulai memborong minyak dan energi Rusia, kini pendapatan Rusia bisa kembali meningkat ke zona hijau.
Dengan adanya lonjakan pendapatan tersebut, Presiden Vladimir Putin mengungkap bahwa pemasukan tersebut akan dimanfaatkan Rusia untuk meningkatkan upah dan pensiun pada jutaan warga negaranya, apabila nantinya ekonomi Rusia benar-benar jatuh dalam jurang resesi.