Tekan Beban Pengeluaran, Perusahaan Furnitur Online Amerika Serikat PHK 870 Karyawan
Perusahaan yang berbasis di Boston, memperkirakan biaya PHK berkisar antara 30 hingga 40 juta dolar AS, sebagian besar terdiri dari pesangon karyawan.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BOSTON – Wayfair, peritel furnitur online asal Amerika Serikat, pada hari Jumat (19/8) telah memangkas sekitar 870 karyawannya.
Dikutip dari Techcrunch, Minggu (21/8/2022) langkah tersebut dilakukan Wayfair sebagai upaya untuk mengurangi biaya operasional dan menyelaraskan kembali prioritas investasi.
“Kami melihat dampak pandemi mempercepat adopsi belanja e-commerce, dan saya pribadi mendorong keras untuk merekrut tim yang kuat guna mendukung pertumbuhan itu,” kata Niraj Shah, pendiri sekaligus CEO Wayfair.
Baca juga: Keuntungan Perusahaan Raksasa Teknologi di China Merosot, Ribuan Karyawan Terancam PHK
“Tahun ini, pertumbuhan itu belum terwujud seperti yang kita perkirakan. Tim kami terlalu besar untuk lingkungan tempat kami berada sekarang, dan sayangnya, kami perlu menyesuaikan diri.” imbuhnya.
Namun, tidak jelas tim mana yang secara khusus terkena dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Sementara itu, mereka yang diberhentikan akan menerima pesangon berdasarkan lokasi dan masa kerja.
Perusahaan yang berbasis di Boston itu memperkirakan biaya PHK berkisar antara 30 hingga 40 juta dolar AS, sebagian besar terdiri dari pesangon karyawan.
“Kami secara aktif menavigasi Wayfair menuju tingkat profitabilitas yang memungkinkan kami mengendalikan nasib kami sendiri, sambil tetap berinvestasi secara agresif di masa depan,” kata Shah.
“Kami telah memprioritaskan pekerjaan kami dan menetapkan tujuan yang jelas, yakni untuk fokus pada dasar-dasar, mendorong efisiensi biaya, dan mendapatkan lebih banyak loyalitas pelanggan dan pemasok. Lingkungan makro ini tidak mengubah keyakinan kami pada ukuran peluang di depan, dan kami bergerak dengan sengaja untuk meraih peluang itu.” tambahnya.
Awal bulan ini, Wayfair melaporkan kerugian pada kuartal kedua yang lebih besar dari perkiraan.
Kerugian yang dialami perusahaan itu imbas dari melonjaknya biaya rantai pasokan dan penurunan permintaan furnitur.
"Saya pikir pasar perabotan rumah bahkan dibandingkan dengan sebelum pandemi masih bagus, karena kita menghabiskan lebih banyak waktu di rumah," kata Wintermantel, seorang analis ekuitas di Evercore ISI.
Menurut The Wall Street Journal, saham Wayfair turun 17 persen pada perdagangan Jumat (19/8) pagi di New York Stock Exchange.