FSB: Bom Mobil Pembunuh Jurnalis Rusia Dikendalikan Wanita Anggota Batalyon Azov Dari Jarak Jauh
Darya Dugina adalah putri dari filsuf Rusia yang dikenal oleh Barat sebagai penasihat spiritual Presiden Vladimir Putin, Aleksandr Dugin.
Editor: Hendra Gunawan
Menurut beberapa media, Vovk diduga bertugas di Garda Nasional Ukraina dan dilaporkan sebagai anggota Batalyon Azov, yang memiliki pejuang yang secara terbuka berpandangan nasionalis dan neo-Nazi.
Baca juga: Darya Dugina, putri sekutu dekat Putin yang meninggal dalam bom mobil di Moskow
Dugina sedang mengendarai SUV Toyota milik ayahnya ketika bom meledak, menunjukkan bahwa Dugin mungkin menjadi sasaran yang dimaksud. Kiev telah membantah ada kaitannya dengan insiden itu, dengan mengatakan bahwa Ukraina “tidak ada hubungannya dengan ini.”
Presiden Rusia secara anumerta menganugerahi Darya Dugina Ordo Keberanian.
AS Ikut Mengutuk
Ned Price, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, mengomentari kematian Dugina pada hari Senin, menyatakan bahwa Washington “dengan tegas [mengutuk] penargetan warga sipil,” baik mereka di Ukraina atau Rusia.
“Saya tidak punya apa-apa untuk dibagikan di luar apa yang telah Anda semua dengar secara publik, dan itu adalah bahwa Ukraina telah membantah keterlibatan apa pun,” katanya.
Price menambahkan bahwa dia “tidak ragu bahwa Rusia akan mengajukan kesimpulan tertentu” setelah menyelidiki pemboman itu.
Baca juga: Sosok Aleksandr Dugin, Digambarkan Barat Sebagai ‘Otak Putin’ dan ‘Sengkuninya’ Moskow
Namun Rusia menuduh AS tidak memiliki hak moral untuk menceramahi negara mana pun tentang hak asasi manusia setelah meremehkan pembunuhan jurnalis Rusia Darya Dugina, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova.
Moskow menuduh Kiev mendalangi pemboman mobil yang mengakibatkan kematiannya.
Reaksi Departemen Luar Negeri AS terhadap pembunuhan tingkat tinggi dan bukti yang dirilis Rusia dalam penyelidikan mendiskreditkan klaim Washington bahwa pihaknya prihatin dengan hak asasi manusia, kata Zakharova pada hari Selasa di sebuah posting media sosial.
“Washington tidak memiliki hak moral untuk menilai keadaan hak asasi manusia di tempat-tempat yang jauh jika mereka bahkan tidak mengomentari pembunuhan seorang jurnalis,” meskipun mengaku peduli untuk melindungi media, katanya.
"Mereka sama sekali tidak memperhatikan bahwa dia adalah seorang figur publik."
Penyelidik Rusia mengatakan mereka mengidentifikasi si pembunuh sebagai seorang wanita Ukraina, yang diduga mencari targetnya sebelumnya, sampai menyewa sebuah apartemen di blok yang sama tempat Dugina tinggal.