Lepas Ketergantungan dari Bahan Bakar Rusia, Jerman Berencana Pasok Energi dari Kanada
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan Jerman berharap gas alam cair (LNG) dari Kanada dapat mengurangi ketergantungan Berlin dari bahan bakar Rusia
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEWFOUNDLAND - Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Selasa (23/8/2022) mengatakan Jerman berharap gas alam cair (LNG) dari Kanada dapat mengurangi ketergantungan Berlin dari bahan bakar Rusia.
Pada konferensi ekonomi Jerman-Kanada yang diadakan di Toronto, Scholz mengungkapkan Kanada adalah mitra energi pilihan Jerman, sehingga pihaknya berharap mendapat pasokan LNG dari Kanada.
"Ketika Jerman bergerak menjauh dari energi Rusia dengan kecepatan melengkung, Kanada adalah mitra pilihan kami. Untuk saat ini, ini berarti meningkatkan impor LNG kami. Kami berharap LNG Kanada akan memainkan peran utama dalam hal ini," kata Scholz, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (24/8/2022).
Baca juga: Bank Sentral Jerman Memperingatkan Resesi Semakin Mungkin Terjadi
Scholz bertemu dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di Newfoundland dalam kunjungan resminya pada Selasa lalu.
Keduanya kemudian mengumumkan "aliansi hidrogen" yang bertujuan untuk mempercepat upaya ekspor bahan bakar bersih ke Jerman pada tahun 2025.
Kanada saat ini sedang meningkatkan kapasitas ekspor LNG hingga 100.000 barel setara minyak per hari pada akhir tahun ini, di tengah upaya Eropa untuk mengurangi ketergantungannya dari pasokan energi Rusia. Kanada juga dilaporkan sedang membangun dua terminal LNG di West Coast.
"Kanada sedang melakukan bagian kami untuk menambah pasokan energi global saat ini," kata Trudeau.
Perdana Menteri Kanada ini menambahkan, dia bertekad menjadikan negaranya sebagai pemasok utama energi bersih seperti Hidrogen.
Pada Senin (22/8/2022) lalu, Trudeau mengizinkan proyek-proyek LNG baru di pantai Atlantik Kanada.
Namun dia menekankan, proyek-proyek tersebut dapat menghadapi kesulitan ekonomi karena saat ini negara-negara di dunia sedang berlomba untuk mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil.
Sementara itu, seorang sumber mengatakan belum ada perkembangan dari proyek LNG baru di Kanada.
Baca juga: Volkswagen Capai Kesepakatan dengan Kanada untuk Bangun Pabrik Baterai Kendaraan Listrik
Sumber tersebut menambahkan, Jerman yang putus asa mendapat pasokan gas alam menjelang musim dingin, saat ini tertarik memperoleh LNG dari negara mana saja.
Dalam beberapa bulan terakhir, Kanada dan Jerman mengisyaratkan mereka sedang mendiskusikan opsi untuk terminal LNG di Pantai Atlantik. Sedangkan Menteri Lingkungan Kanada, Steven Guilbeault mengatakan pada awal Juni ini bahwa fasilitas perusahaan energi Repsol yang berada di salah satu provinsi Kanada yaitu New Brunswick, adalah proyek yang paling layak.
Kanada diketahui memiliki dua proyek LNG yang direncanakan dibangun di pantai Pasifiknya. Proyek pertama adalah Shell-Ied LNG Kanada yang akan mulai beroperasi pada tahun 2025. Sedangkan Woodfibre LNG, anak perusahaan Pacific Energi Ltd menjadi proyek kedua dan diperkirakan akan selesai dibangun pada tahun 2027.
Sementara itu, Jerman dan Kanada melihat potensi hidrogen sebagai bahan bakar bersih. Melalui aliansi hidrogen, Kanada dan Jerman akan membangun koridor pasokan transatlantik sambil mengoordinasikan kebijakan untuk menarik investasi dalam proyek hidrogen.
"Perusahaan Jerman sudah menandatangani kesepakatan untuk membeli hidrogen buatan Kanada.. Tidak ada keraguan bahwa permintaan itu ada," ujar Trudeau.
Perusahaan energi Jerman Uniper dan E.ON pada Selasa kemarin mengatakan mereka berencana mencapai kesepakatan dengan produsen energi bersih EverWind Kanada untuk membeli 1 juta ton amonia hijau, sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan energi Rusia.
Baca juga: Jerman Terancam Resesi, Bank Sentral Peringatkan Inflasi Dua Digit di Musim Gugur
Selain hidrogen, Kanada juga menandatangani perjanjian dengan produsen mobil Jerman Volkswagen dan Mercedes-Benz untuk memaksimalkan upaya dalam mengamankan bahan baku baterai kendaraan listrik (EV) seperti lithium, nikel dan kobalt.