Moskow: Perang Hibrida Dengan Barat Memasuki Level Baru, Ingin Rusak Stabilitas Ekonomi Rusia
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut perang hibrida antara negara-negara Barat dengan Rusia yang telah berlangsung lama
Editor: Hendra Gunawan
Rusia dianggap berusaha menghancurkan Uni Eropa dengan menghentikan pasokan migas ke negara-negara tersebut yang selama ini menyediakan separuh energi bagi Benua Biru tersebut.
Tindakan Vladimir Putin tersebut sebagai balasan atas tindakan Barat yang membatasi harga migas impor dari Rusia.
Raksasa energi Rusia Gazprom mengumumkan pada Jumat kemarin bahwa penghentian pasokan gas alam ke Uni Eropa (UE) melalui pipa Nord Stream 1 dilakukan tanpa jangka waktu terbatas, karena kerusakan teknis.
Baca juga: VIDEO Presiden Jokowi Pertimbangkan Beli Minyak dari Rusia Setelah Ada Tawaran Diskon Harga
Pipa Nord Stream 1 itu seharusnya dimulai kembali pada 3 September ini setelah perbaikan pada satu-satunya turbin yang beroperasi.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (3/9/2022), menurut perusahaan itu, pihaknya menerima peringatan dari regulator industri Rusia Rostekhnadzor tentang kegagalan turbin.
Masalah dilaporkan terdeteksi selama pekerjaan pemeliharaan dan pipa tidak akan dapat beroperasi tanpa perbaikan yang tepat.
Gazprom mengaku telah memberitahu pabrikan Jerman Siemens tentang kegagalan turbin dan perlunya perbaikan.
Baca juga: Ingat! Mengimpor Minyak Dari Rusia Risikonya Besar, Pemerintah Mau Menanggung Akibatnya?
Perbaikan pada pipa Nord Stream 1 awalnya dijadwalkan dimulai pada 31 Agustus hingga 3 September atau Sabtu waktu setempat.
Langkah ini tentu saja mendorong penutupan penuh aliran gas ke UE.
Sejak Juli lalu, pipa Nord Stream 1 telah beroperasi dengan kapasitas yang berkurang karena penutupan beberapa turbin gas.
Beberapa dikirim ke Montreal untuk diperbaiki dan terjebak di sana karena sanksi Kanada terhadap Rusia terkait konflik di Ukraina.
Atas permintaan Jerman, Kanada pun mengumumkan pengecualian untuk turbin itu pada Juli lalu dan mengembalikan satu turbin.
Namun Gazprom menolak untuk menerima pengiriman, dengan alasan ketidakberesan dalam dokumentasi.
Gazprom menyebut peralatan yang rusak atau tertunda sebagai alasan utama pengurangan 80 persen pengiriman melalui pipa.