Putin Perintahkan Mobilisasi 300 Ribu Tentara Cadangan setelah Kalah di Beberapa Wilayah
Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan 300.000 tentara cadangan sebagai tanggapan kemenangan Ukraina atas serangan balasan di beberapa wilayah.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin bereaksi terhadap kemenangan Ukraina baru-baru ini.
Putin dilaporkan memerintahkan mobilisasi militer terbesar Rusia sejak Perang Dunia II.
Dilansir Al Jazeera, 300.000 tentara cadangan dapat dikerahkan dalam beberapa bulan mendatang.
Diperkirakan ukuran kekuatan kali ini dua hingga tiga kali dibandingkan saat awal invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022 kemarin.
Tetapi Putin tidak melakukan mobilisasi umum terhadap potensi wajib militer yang diperkirakan berjumlah 20 juta orang di negara itu.
"Kita berbicara tentang mobilisasi parsial, yaitu, hanya warga negara yang saat ini berada di cadangan akan dikenakan wajib militer," kata Putin dalam sebuah pidato yang disiarkan pada Rabu (21/9/2022).
Baca juga: UPDATE Perang Rusia-Ukraina Hari ke-211: Moskow Bebaskan 215 Tawanan Perang
"Di atas semua itu, mereka yang bertugas di angaktan bersenjata memiliki spesialisasi militer tertentu dan pengalaman relevan," jelas Putin.
Tanggapan Ukraina: Invasi Rusia gagal
Sementara itu, Juru Bicara Intelijen Militer Ukraina Vadym Skibitsky angkat suara kepada Kyiv Post.
Dia menyebut langkah itu sama dengan pengakuan bahwa invasi Rusia telah gagal mencapai tujuannya.
"Pengumuman mobilisasi umum akan menjadi pukulan telak bagi rezim Putin," ucapnya.
"(Karena) itu berarti pengakuan bahwa Rusia belum mampu memenuhi semua tugas yang ditetapkan," tambahnya.
"Apa yang disebut 'operasi khusus' Putin belum mencapai hasil dan perang nyata sedang berlangsung," imbuhnya.
Baca juga: Korea Utara Bantah Pasok Senjata atau Amunisi ke Rusia, Tegaskan Tak Berniat Lakukan di Masa Depan
Eskalasi Rusia
Lebih jauh, Menteri Luar Negeri Inggris Gillian Keegan menyebut langkah itu sebagai "eskalasi".
"Jelas itu adalah sesuatu yang harus kita anggap sangat serius," katanya kepada Sky News.
Kerugian besar telah membuat Rusia menjadi defensif selama musim panas.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengakui bahwa 6.000 tentara Rusia telah tewas dalam konflik tujuh bulan itu.
Pejabat militer AS bulan lalu memperkirakan jumlah orang Rusia yang tewas mencapai 20.000 dan Ukraina memperkirakan jumlahnya 54.000.
Mobilisasi parsial Putin terjadi dua minggu setelah Ukraina merebut kembali 8.000 kilometer persegi wilayah di wilayah Kharkiv di timur laut Ukraina dalam serangan balasan kilat.
Baca juga: POPULER Internasional: Mobilisasi Militer Rusia | Pria Jepang Bakar Diri Tolak Pemakaman Shinzo Abe
Serangan balasan berlanjut
Di tengah serangan balasan Ukraina, Rusia merasa sangat sulit untuk memotivasi pasukan di lapangan.
Intelijen militer Ukraina mengklaim pada 14 September bahwa Rusia mengerahkan unit khusus untuk melikuidasi pembelot.
“Para komandan brigade senapan bermotor terpisah ke-4 dari korps tentara ke-2 menerima pesan: 'Ada pasukan pemblokiran yang ditempatkan di jalur belakang."
"Semua pasukan yang mundur akan dihancurkan. Perintah Komandan 222. Kirim ke semua pos',” katanya.
Pada 20 September, anggota parlemen Rusia meloloskan RUU yang akan meningkatkan hukuman bagi tentara yang menyerah, meninggalkan atau gagal melapor untuk tugas militer menjadi 10 tahun penjara.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)