Volodymyr Zelensky Tutup Negosiasi Perdamaian dengan Vladimir Putin
Ukraina menutup kemungkinan negosiasi dengan Rusia untuk menghentikan peperangan yang melanda negeri itu.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM – Ukraina menutup kemungkinan negosiasi dengan Rusia untuk menghentikan peperangan yang melanda negeri itu.
Presiden Ukraina Vladimir Zelensky menyatakan pemerintahannya tidak lagi mempercayai Presiden Vladimir Putin yang dianggapnya tidak menginginkan perdamaian.
Hal itu diungkapkan Zelensky dalam pidato videonya yang ditampilkan pada hari Rabu di Majelis Umum PBB.
Zelensky mengatakan telah mendengar kata-kata yang berbeda dari Rusia tentang pembicaraan tersebut, seolah-olah mereka siap untuk itu.
“Mereka berbicara tentang pembicaraan tetapi mengumumkan mobilisasi militer. Mereka berbicara tentang pembicaraan tetapi mengumumkan referendum semu," kata Zelensky.
Baca juga: Korea Utara Bantah Akan Pasok Senjata ke Rusia
Presiden Ukraina mengatakan bahwa dia mengesampingkan solusi yang akan bertentangan dengan 'formula perdamaian' yang disajikan oleh Ukraina.
"Mereka yang berbicara netralitas berarti lain. Mereka berpura-pura melindungi seseorang, tetapi pada kenyataannya mereka hanya melindungi kepentingan pribadi mereka," katanya.
Pihak berwenang Rusia telah berulang kali menyatakan bahwa Moskow tidak menolak untuk bernegosiasi dengan Kiev.
Namun, seperti yang dicatat oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, solusi damai untuk konflik di Ukraina tidak sesuai dengan negara-negara Barat, sehingga Kiev diperintahkan untuk mengganggu negosiasi.
Rusia Tuding Ulah Ukraina
Sementara Rusia sendiri menuding pihak Ukrainalah yang menjadi penyebab perdamaian masih jauh.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menuding Presiden Volodymyr Zelensky yang menyebabkan pembicaraan perdamaian mentok.
Saat diwawancara kantor berita Interfax, Senin (19/9/2022), Peskov menegaskan, konflik yang telah menewaskan puluhan ribu dari kedua pihak tersebut tak bisa selesai lewat negosiasi.
Ditanya apakah ada jalan menuju penyelesaian diplomatik, Peskov mengatakan bahwa "saat ini, prospek seperti itu tidak dapat diamati," lapor kantor berita tersebut.