OPEC+ Pangkas Produksi Minyak, Benarkah Kini Arab Saudi Lebih Memihak Rusia daripada AS?
OPEC+ pangkas produksi minyak, AS panik, menuduh Arab Saudi dan negara-negara tetangganya lebih berpihak ke Rusia.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Setelah OPEC+ memutuskan memangkas produksi minyak, hubungan antara Amerika Serikat dan Saudi Arabia sedikit menegang.
Arab Saudi dinilai mendukung Rusia dan dengan sengaja mengabaikan Amerika Serikat, menurut penulis Kersten Knipp dari Deutsche Welle.
Reaksi dari AS cukup jelas.
Gedung Putih menyebut keputusan yang diambil oleh OPEC+ pada 5 Oktober itu "mengecewakan."
OPEC+ adalah kelompok negara pengekspor minyak.
Ada 22 anggota OPEC+ termasuk Arab Saudi, Irak serta Rusia.
Baca juga: AS-Timur Tengah Memanas, Biden Geram Arab Saudi Pangkas Produksi Minyak: Ada Konsekuensi
Keputusan itu berarti bahwa produksi minyak anggota OPEC+ akan dipotong sebesar 2 juta barel, atau sekitar 2 persen dari produksi global, pada bulan November.
"Keputusan OPEC+ itu menunjukkan adanya masalah dengan hubungan AS dengan sekutu tradisional seperti Arab Saudi," kata Presiden AS Joe Biden.
Penyiar AS CNN memperoleh poin pembicaraan yang dikirim Gedung Putih ke Departemen Keuangan AS.
Keputusan OPEC+ itu digambarkan sebagai "bencana total" dan "tindakan bermusuhan."
Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan kepada wartawan bahwa jelas bahwa OPEC+ bersekutu dengan Rusia.
Sementara itu, Pemimpin Mayoritas Senat Charles Schumer, seorang Demokrat, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa apa yang telah dilakukan OPEC+ adalah "tindakan yang sangat sinis."
Kemarahan dan eskalasi
Pada hari Selasa (11/10/2022), kemarahan di kalangan politik AS meningkat.