Mantan Pengikut Gereja Unifikasi Jepang Mengaku Pernah Dilecehkan Secara Seksual, Diperas & Diancam
Selain pelecehan seksual, Sayuri Ogawa juga mengaku keluarganya diperas Gereja Unifikasi an mendapat ancaman dari pihak gereja tersebut.
Editor: Dewi Agustina
Ogawa dan suaminya menyerukan undang-undang yang melarang sumbangan berlebihan kepada kelompok-kelompok agama.
Dia juga meminta agar Jepang, yang telah meratifikasi Konvensi PBB tentang Hak Anak, turun tangan untuk menyelamatkan banyak anak korban seperti dia.
Menjelang jumpa pers anggota staf FCCJ membawa lembaran kertas ke meja utama, yang ternyata, menurut suami Ogawa adalah faks yang dikirim ke FCCJ atas nama orang tua dan pengacara Ogawa untuk Gereja Unifikasi menuntut agar konferensi pers segera dihentikan.
Satu faks menyatakan bahwa Ogawa menderita penyakit psikologis dan gejalanya memburuk setelah mantan Perdana Menteri Shinzo Abe ditembak mati pada tanggal 8 Juli oleh Tetsuya Yamagami (42).
Tetsuya Yamagani seorang pria yang menyimpan dendam terhadap Gereja Unifikasi karena ibunya memberikan sumbangan hingga puluhan juta yen yang membuat keluarganya dalam kemiskinan.
Faks lain menyatakan dia akan mengatakan banyak kebohongan.
Baca juga: Inilah Gereja Unifikasi Perdamaian Dunia Yang Diisukan Penyebab Pembunuh Mantan PM Jepang Dendam
Meskipun ada faks ancaman tersebut, Ogawa tetap pada pendiriannya.
"Saya normal. Saya yakin bahwa banyak orang yang melihat konferensi pers ini akan memahami sisi mana yang jahat," tegas Ogawa.
"Jika Anda yakin saya benar, tolong lakukan apa pun yang Anda bisa untuk membubarkan gereja," kata Ogawa
dengan air mata berlinang.
Gereja Unifikasi didirikan di Korea Selatan pada tahun 1954 oleh Sun Myung Moon dan sering dicap oleh para kritikus sebagai aliran sesat.
Setelah penembakan Shinzo Abe, 8 Juli 2022 jam 11.30 waktu Jepang, Ogawa mengatakan dia menyadari "banyak korban menderita seperti dirinta" dan bahwa dia "ingin menghilangkan kerusakan yang disebabkan oleh agama."