Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penulis Novel Ayat-ayat Setan Kehilangan Penglihatan di Satu Matanya Akibat Serangan pada Agustus

Penulis novel Salman Rushdie kehilangan penglihatan di satu matanya dan hanya dapat menggunakan satu tangannya akibat serangan pada Agustus lalu.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Penulis Novel Ayat-ayat Setan Kehilangan Penglihatan di Satu Matanya Akibat Serangan pada Agustus
IST
Kontroversi Salman Rushdie dan The Satanic Verses - Penulis novel Salman Rushdie kehilangan penglihatan di satu matanya dan hanya dapat menggunakan satu tangannya akibat serangan pada Agustus lalu. 

TRIBUNNEWS.COM - Penulis novel, Salman Rushdie (75) telah kehilangan penglihatan di satu matanya dan hanya dapat menggunakan satu tangannya, Al Jazeera melaporkan.

Cedera itu terjadi akibat penulis novel The Satanic Verses atau dalam bahasa Indonesia bermakna Ayat-ayat Setan itu diserang saat di atas panggung pada Agustus lalu.

Agen Rushdie, Andrew Wylie mengatakan kepada surat kabar berbahasa Spanyol El Pais dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada hari Sabtu bahwa Rushdie menderita serangan "brutal" yang meninggalkannya dengan luka "dalam".

"Dia kehilangan satu matanya Dia memiliki tiga luka serius di lehernya. Satu tangannya lumpuh karena saraf di lengannya terputus. Dan dia memiliki sekitar 15 luka lagi di dada dan tubuhnya," jelas Wylie.

Agen tersebut mengatakan kepada surat kabar itu bahwa dia tidak bisa mengatakan apakah Rushdie tetap berada di rumah sakit atau mendiskusikan keberadaannya.

"Dia akan hidup. Itu yang penting," kata Wylie.

Baca juga: Berita Foto : Penikam Salman Rushdie Jalani Persidangan Mengaku Tidak Bersalah

Rushdie, yang telah menerima beberapa ancaman pembunuhan setelah penerbitan Ayat-ayat Setan, diserang tepat saat dia akan memberikan kuliah di Chautauqua Institution di negara bagian New York pada 12 Agustus.

BERITA REKOMENDASI

Novelis itu dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami luka parah dalam serangan itu, kata agennya saat itu.

Serangan itu terjadi 33 tahun setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa, menyerukan umat Islam untuk membunuh Rushdie atas penerbitan Ayat-ayat Setan.

Beberapa Muslim melihat bagian-bagian dalam novel tentang Nabi Muhammad sebagai penghujatan.

Mengikuti fatwa Khomeini, Rushdie yang lahir di India dari keluarga Muslim Kashmir, menghabiskan sembilan tahun bersembunyi di bawah perlindungan polisi Inggris.

Pengganti Khomeini, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, diskors dari Twitter pada 2019 karena mengatakan fatwa terhadap Rushdie "tidak dapat dibatalkan".

Iran telah membantah terlibat dalam serangan Agustus.

Pria yang dituduh menikam novelis, Hadi Matar yang berusia 24 tahun, telah mengaku tidak bersalah atas tuduhan percobaan pembunuhan dan penyerangan tingkat dua.

Dia ditahan tanpa jaminan di penjara barat New York.

Serangan itu sejalan dengan apa yang dianggap oleh Rushdie dan agennya sebagai bahaya utama orang acak yang datang entah dari mana dan menyerang, kata Wylie kepada El Pais.

"Jadi Anda tidak bisa melindunginya karena itu sama sekali tidak terduga dan tidak logis," katanya.

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas