Pilu Ayah di China, Anaknya Tewas karena Terlambat Ditangani Imbas Kebijakan Nol-Covid Xi Jinping
Tuo Shilei menyebut putranya meninggal karena terlambat ditangani imbas lockdown ketat di Lanzhou sebagai bagian dari kebijakan nol-Covid China.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Seorang ayah di China merasakan kesedihan mendalam setelah kehilangan putranya yang masih berusia 3 tahun.
Ayah itu mengatakan, kebijakan nol-Covid yang diterapkan Presiden China Xi Jinping secara tidak langsung membunuh anak balitanya itu.
Kematian sang bocah pada Selasa (1/11/2022), telah memicu gelombang kemarahan di media sosial China.
"Saya pribadi berpikir bahwa dia dibunuh secara tidak langsung," kata ayah bocah itu, Tuo Shilei, kepada Reuters melalui sambungan telepon.
Tuo tinggal di Kota Lanzhou, yang menghadapi lockdown sejak beberapa minggu yang lalu.
Kematian putranya disebabkan keracunan karbon monoksida.
Baca juga: Cegah Pekerja Kabur, Xi Jinping Kunci 600.000 Karyawan Pabrik iPhone di China
Dilansir Guardian, Tuo mengaku putranya, Wenxuan, jatuh sakit setelah istrinya terpeleset dan jatuh karena terkena asap gas saat memasak pada Selasa (1/11/2022).
Tuo mengaku ia berusaha mati-matian untuk memanggil ambulans atau polisi, namun tidak berhasil.
Setelah sekitar 30 menit, kondisi Wenxuan memburuk dan Tuo melakukan CPR untuk menyadarkan putranya.
Dengan memboyong sang anak, Tuo bergegas menuju pintu kompleks daerah tempat tinggal mereka yang sedang dikunci ketat.
Penjaga gerbang tidak membiarkannya lewat, dan menyuruhnya untuk menelepon pejabat lokal atau ambulans.
Panik dan tidak mau menunggu lebih lama lagi untuk ambulans, Tuo menabrak penghalang dan penduduk setempat memanggil taksi untuk membawa mereka ke rumah sakit.
Namun sayang, dokter tidak berhasil menyelamatkan nyawa Wenxuan.
"Ada pengamanan Covid di pos pemeriksaan. Staf tidak bertindak dan kemudian mengabaikan dan menghindari masalah, dan kemudian kami diblokir oleh pos pemeriksaan lain," kata Tuo.