Pilu Ayah di China, Anaknya Tewas karena Terlambat Ditangani Imbas Kebijakan Nol-Covid Xi Jinping
Tuo Shilei menyebut putranya meninggal karena terlambat ditangani imbas lockdown ketat di Lanzhou sebagai bagian dari kebijakan nol-Covid China.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
"Tidak ada bantuan yang diberikan. Rangkaian peristiwa ini menyebabkan kematian anak saya," imbuhnya.
Pemerintah dan departemen kesehatan Lanzhou serta pemerintah provinsi Gansu, tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Selama kongres Partai Komunis bulan lalu, Presiden Xi Jinping menegaskan kembali komitmen China terhadap kebijakan nol-Covid.
Kisah Wenxuan trending di media sosial China setelah sebuah video viral menunjukkan momen bocah itu sedang menerima CPR di belakang truk.
Netizen menilai bocah belia itu meninggal karena terlambat ditangani.
Tagar 'Tiga tahun Covid adalah seluruh hidupnya' menjadi trending topik di media sosial, sebelum menghilang karena sensor ketat internet China.
"Ingatan anak itu sayangnya akan masker dan tidak ada yang lain," tulis seorang pengguna Weibo.
"Apakah ada kepercayaan yang tersisa pada pihak berwenang?" tulis pengguna lain.
Sejumlah kasus orang meninggal karena tidak bisa mendapatkan perawatan medis imbas pembatasan Covid-19 telah memicu kemarahan di China tahun ini.
Salah satunya ketika terjadi penguncian selama dua bulan di Shanghai.
Tuo mengaku dihubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai pensiunan pejabat lokal dan menawarkan uang senilai 100.000 yuan ($13.000).
Uang itu diberikan asalkan ia bersedia menandatangani persetujuan untuk tidak go public atau melakukan gugatan atas insiden tersebut.
Tuo mengatakan dia menolak tawaran itu dan menuntut penjelasan atas kematian putranya.
Pemakaman Wenxuan dilakukan pada Rabu pagi ini.