Apa yang Didapat Eropa dari KTT G20 Bali? Kutuk Invasi Rusia hingga Upaya China Perbaiki Diplomatik
Sebagian besar anggota G20 mengutuk keras perang yang dilancarkan Rusia ke Ukraina.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Kelompok G20 dari ekonomi terbesar dunia bertemu di Nusa Dua Bali pada awal minggu ini, 15 dan 16 November 2022.
Khusus untuk kehadiran negara-negara Eropa diwakili oleh Prancis, Jerman, Italia, Uni Eropa (UE), Inggris, Turki dan Rusia.
Baca juga: Polandia Dirudal, Joe Biden Gelar Rapat Darurat dengan Pemimpin Negara G7 dan NATO di KTT G20.
Lalu apa saja hal penting yang telah kita ketahui sejauh ini?
1. Sebagian besar anggota G20 mengutuk invasi Rusia ke Ukraina
Dikutip dari laman Euronews, Kamis (17/11/2022), draf deklarasi oleh para pemimpin negara G20 mengatakan bahwa 'sebagian besar' anggota mengutuk keras perang yang dilancarkan Rusia ke Ukraina.
Negara-negara yang terlibat dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) itu menekankan bahwa hal tersebut 'menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa dan memperburuk kerapuhan yang ada dalam ekonomi global'.
Namun dalam draf itu, Rusia dianggap telah menentang pernyataan tersebut.
Anggota G20 juga menyuarakan keprihatinan mendalam atas tantangan yang ditimbulkan terhadap ketahanan pangan global, dengan meningkatnya ketegangan dan menyerukan perlunya independensi bank sentral untuk memastikan bahwa mereka terus berupaya mengendalikan inflasi yang melonjak.
Dokumen setebal 16 halaman itu belum diadopsi oleh anggota G20.
Dalam sesi pertama KTT yang diadakan di Indonesia pada Selasa lalu, banyak negara mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Dan setelah itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov langsung meninggalkan Bali.
Baca juga: Terekam Kekesalan Presiden Tiongkok Xi Jinping kepada PM Kanada Justin Trudeau saat KTT G20 Bali
2. China sedang mencoba memperbaiki pagar diplomatik
China menggunakan forum KTT G20 untuk mencoba dan memperbaiki beberapa 'pagar diplomatiknya' di Bali, bahkan di tengah kekhawatiran UE tentang pengaruh ekonomi China dan masalah seperti kepemilikan China atas infrastruktur utama UE.