Menlu Rusia Sergey Lavrov Ingatkan Lagi Potensi Pecahnya Perang Nuklir
Menlu Rusia Sergey Lavrov kembali mengingatkan potensi pecahnya perang nuklir diawali perang konvensional di Ukraina.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Pernyataannya kemudian ditafsirkan secara luas oleh pakar dan pejabat barat sebagai peringatan nuklir terselubung.
Putin kemudian mengklarifikasi pernyataannya dengan mengatakan Moskow bahkan tidak menyebutkan senjata nuklir taktis, apalagi mengancam akan menggunakan senjata atom.
Selama konferensi pers hari Kamis, Lavrov menegaskan kembali doktrin nuklir Moskow, di mana penggunaan senjata pemusnah massal diizinkan hanya sebagai tanggapan balasan terhadap serangan nuklir musuh atau serangan konvensional yang membahayakan negara Rusia.
AS menurut Lavrov, sedang mengejar tujuan geostrategis tanpa memperhatikan risiko eskalasi nuklir di tengah konflik Ukraina yang sedang berlangsung.
Selain soal isu perang nuklir, Lavrov juga menjelaskan pilihan target serangan Rusia di Ukraina, dan menyinggung komentar kontroversial baru-baru ini oleh Paus Fransiskus yang cenderung memojokkan sejarah orang Rusia.
Berikut poin-poin pernyataan Menlu Rusia Sergey Lavrov pada konferesi pers di Moskow, Kamis (1/12/2022) ;
1. Pembicaraan Damai Bohong
Lavrov mengatakan, banyak orang berbohong ketika mengklaim Rusia menawarkan bernegosiasi dengan Ukraina dengan itikad buruk dan hanya tertarik untuk mengulur waktu bagi militernya untuk berkumpul kembali.
“Kami tidak pernah meminta negosiasi apa pun. Tetapi kami selalu menyatakan jika seseorang memiliki kepentingan dalam penyelesaian yang dirundingkan, kami siap mendengarkan,” katanya, menunjuk pada pembicaraan di Istanbul pada akhir Maret sebagai contoh.
Dia menuduh AS mendorong Kiev ke arah konfrontasi militer yang berkelanjutan dan menggagalkan proses perdamaian. Washington berusaha melemahkan Rusia dan mendapat untung dari penjualan senjata.
2. Penaklukan AS atas Keamanan Eropa
Sergey Lavrov menegaskan, Moskow tidak membutuhkan arsitektur keamanan yang coba dibangun oleh negara-negara barat tanpa Rusia dan Belarusia. “Keamanan Eropa sekarang bermuara pada sepenuhnya tunduk pada AS,” tambahnya.
Beberapa tahun yang lalu, menurut Lavrov, Prancis dan Jerman berusaha mencari kebebasan dari perlindungan militer Amerika.
Tetapi AS bertekad untuk menjadikan NATO sangat diperlukan, dan ingin mengadu domba negara-negara Eropa lainnya dengan Rusia.