Indeks Harga Konsumen Korsel Naik 5 Persen per Tahun pada November 2022, Terendah dalam 7 Bulan
Pertumbuhan tahunan harga konsumen Korsel melambat tajam pada November lalu dari bulan sebelumnya pada level terendah dalam 7 bulan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan dan minyak yang bergejolak, naik 4,3 persen satu tahun pada bulan lalu, sedikit naik dari pertumbuhan 4,2 persen di bulan Oktober.
Harga kebutuhan sehari-hari 144 barang yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti makanan, pakaian, dan perumahan melonjak 5,5 persen pada November.
Perlu diketahui, Bank of Korea (BOK) telah menaikkan suku bunga secara gabungan sebesar 2,75 poin persentase sejak Agustus tahun lalu untuk menjinakkan inflasi.
Sedangkan tingkat saat ini berdiri di 3,25 persen.
Bank sentral juga baru-baru ini menurunkan prospek pertumbuhan 2023 menjadi 1,7 persen dari prediksi 2,1 persen tiga bulan sebelumnya.
Ini merevisi turun prospek inflasi untuk tahun depan dari 3,7 persen menjadi 3,6 persen.
BOK mengatakan data inflasi terbaru sejalan dengan ekspektasinya, namun mencatat bahwa pertumbuhan harga kemungkinan akan tetap di kisaran 5 persen hingga awal tahun depan.
Hal ini mengutip kenaikan harga energi sebagai salah satu risiko kenaikan utama di tengah tekanan ke bawah dari perlambatan ekonomi.
Pemerintah Korsel melihat angka November sebagai 'positif', namun berbagai risiko tetap ada, seperti gangguan yang disebabkan oleh pemogokan pengemudi truk yang sedang berlangsung.
"Adalah positif bahwa kenaikan harga di daerah yang terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari masyarakat berpenghasilan rendah, termasuk makanan, telah melambat secara signifikan," kata Kementerian Keuangan dalam sebuah pernyataan.
Namun, pihaknya masih perlu mengamati secara cermat risiko internal dan eksternal yang masih ada, termasuk penyesuaian harga pada akhir dan awal tahun, serta gangguan logistik lokal setelah pemogokan serikat pekerja truk.
Korsel meminta pengemudi truk dari industri semen untuk kembali bekerja pada Selasa pagi, karena ribuan pengemudi truk telah melakukan pemogokan sejak pekan lalu.
Para pengemudi truk menuntut pemerintah menjamin apa yang mereka sebut sebagai 'upah untuk operasi yang aman'.
Pemogokan nasional ini telah menyebabkan gangguan pasokan di industri-industri besar, memicu kekhawatiran bahwa hal itu dapat semakin membebani ekonomi yang telah dirugikan oleh inflasi tinggi, ekspor yang lemah, dan dolar AS yang kuat.