Iran Tangkapi Penyabot yang Dikendalikan dari Albania, Jerman dan Belanda
Aparat keamanan Iran menangkapi penyabot jaringan Mujahidin e-Khalq yang dikendalikan dari Albania, Jerman, dan Belanda.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Kementerian Intelijen Iran membongkar sel-sel operasional kelompok teroris jaringan Mojahedin-e Khalq (MKO) di Teheran, Isfahan, dan Kurdistan.
Dalam sebuah pernyataan Selasa (6/12/2022), Kementerian Intelijen Iran menyebutkan ada sekurangnya 10 orang ditangkap.
Mereka diduga terlibat serangan mortir terhadap administrasi, militer, polisi, dan permukiman Iran, yang menyebabkan kerusakan, dan memicu teror dan ketidakamanan.
Dikutip dari Tasnim News Agency, selama serangkaian operasi teroris, anggota sel-sel itu telah melemparkan granat ke kerumunan orang.
Mereka juga meluncurkan serangan mortir ke pusat-pusat yang disebutkan di atas, dan merencanakan untuk melakukan lebih banyak serangan brutal.
Kegiatan terorisme itu diduga dipandu dari pangkalan kelompok itu di Albania dan negara lai di Eropa.
Operasi itu menyertakan mantan anggota kelompok teroris MKO yang telah diberikan amnesti atau yang hukumannya telah diringankan pengadilan Republik Islam pada 1980-an.
Baca juga: Sosok Mahsa Amini, Perempuan Iran yang Meninggal Dianiaya Polisi Moral di Teheran
Baca juga: Polisi Iran Ringkus Komplotan Aksi Bom Bunuh Diri di Teheran
Senjata yang ditemukan di tangan para tersangka, telah disita, termasuk mortir, granat, bahan dan perangkat granat rakitan, pistol, dan bom molotov.
Sementara Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) menambahkan, jaringan penyabot itu dikendalikan atau menerima instruksi dari elemen anti-Revolusi di Jerman dan Belanda.
Dalam sebuah pernyataan, kantor humas cabang lokal IRGC di provinsi Markazi, Iran tengah, mengonfirmasi ada 12 penyabot telah ditangkap di salah satu kota di provinsi tersebut.
Pernyataan tersebut mengindikasikan anggota jaringan tersebut berencana untuk mengacaukan keamanan nasional dengan menggunakan senjata perang.
Televisi Iran mengatakan jaringan itu dijalankan oleh musuh Revolusi Islam yang tinggal di Jerman dan Belanda.
Sehari sebelumnya, IRGC meyakinkan polisi, otoritas keamanan, dan Pasukan Mobilisasi Rakyat (Basij) akan terus memblokir upaya para perusuh dan teroris untuk mengganggu stabilitas negara.
IRGC menekankan elemen revolusi itu tegas dan cepat menghadapi mereka yang dituduh melakukan kerusuhan, perusakan, dan teror sekarang menjadi persyaratan umum.
Menteri Keamanan Iran Esmail Khatib bulan lalu mengatakan pemerintah pendudukan Israel ikut terlibat, media Inggris mensponsori, dan Arab Saudi bertanggung jawab atas dukungan keuangan.
Dalam konteks yang sama, Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi mengungkapkan para pemimpin kerusuhan baru-baru ini di Iran mendapatkan pelatihan di tujuh negara.
Pada akhir Oktober, Kementerian Intelijen Iran dan sayap intelijen Korps Pengawal Revolusi Islam menerima informasi CIA dan dinas intelijen sekutunya merencanakan konspirasi di Iran.
Dewan Keamanan Kementerian Dalam Negeri Iran mengumumkan jumlah korban kerusuhan di Iran hingga saat ini sejak September sekira 200 kematian.
Nilai kerusakan properti mencapai lebih dari $200 juta.
Sementara Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian menggambarkan kerusuhan baru-baru ini di Iran sebagai taktik AS dan sekutunya terkait pembicaraan kesepakatan nuklir 2015.
Berbicara di Beograd, Amirabdollahian mengatakan bangsa Iran telah berhasil keluar dari kerusuhan baru-baru ini yang dipicu oleh campur tangan asing dengan perang hibrida.
Dia mengatakan AS dan sejumlah negara barat lainnya berusaha menghasut kerusuhan di Iran, karena ingin memaksa Iran membuat konsesi besar di meja perundingan.
Perundingan yang dimaksud terkait pembaruan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action atau JCPOA) dan pencabutan sanksi.
Amirabdollahian menunjukkan Iran mendengar dan menanggapi tuntutan damai rakyat Iran yang mulia tentang berbagai masalah.
“Tetapi kami tidak mengizinkan siapa pun untuk (menghasut) kerusuhan dan (melakukan) tindakan teror di negara kami,” katanya.
Amirabdollahian juga menyoroti pentingnya pembangunan dan stabilitas di Balkan, dengan mengatakan Teheran mengulurkan tangan persahabatannya ke semua negara di kawasan itu.
“Kami mengharapkan pertumbuhan, perkembangan, persatuan, dan stabilitas seluruh wilayah Balkan,” katanya.
“Mengingat catatan sejarah hubungan Iran dengan kawasan Balkan, kami mengulurkan tangan persahabatan ke semua negara di kawasan itu,” lanjutnya.
Amirabdollahian mengucapkan selamat atas peringatan 85 tahun terjalinnya hubungan Iran-Serbia atas undangan Beograd.
Amirabdollahian juga sekali lagi menegaskan kembali sikap negaranya dalam pembicaraan dengan Ketua Komisi Luar Negeri Eropa Joseph Borrel.
“Saya berbicara dengan Tuan Borrell tentang kesepakatan untuk mencabut sanksi dan saya menekankan hanya kesepakatan yang bekerja dengan baik untuk kepentingan bangsa Iran dan bersifat permanen yang berharga bagi Iran,” katanya.(Tribunnews.com/Tasnimnews/AlMayadeen/xna)