Kasus Covid-19 di China Melonjak, Banyak Pekerja Terinfeksi, Pabrik dan Perusahaan Terpaksa Tutup
Pabrik dan perusahaan di China terpaksa tutup atau memangkas produksinya karena semakin banyak pekerja yang mengalami sakit.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Sedangkan di kota tingkat satu seperti Beijing dan Shanghai, penjualan rumah anjlok 53 persen persen pada minggu lalu dari tahun lalu.
Pergerakan masyarakat juga merosot tajam.
Sejak pertengahan bulan ini, jumlah perjalanan kereta bawah tanah turun sekitar 60 persen di kota-kota besar dari periode yang sama pada tahun lalu.
Statistik dari Kementerian Perhubungan dan regulator layanan pos negara itu menunjukkan bahwa volume kargo truk dan pesanan pengiriman, keduanya menyusut dalam seminggu terakhir, pabrik-pabrik juga mengurangi produksi.
Industri utama seperti semen dan serat kimia melaporkan tingkat utilisasi yang lebih rendah dari kapasitas produksi yang ada.
BYD, produsen kendaraan listrik terbesar di negara itu, mengaku harus memangkas produksi 2.000 hingga 3.000 kendaraan per hari karena lebih banyak pekerja yang sakit dan tidak dapat bekerja.
"Wabah Covid sangat mempengaruhi produksi kami. 20 hingga 30 persen karyawan kami sedang sakit di rumah," kata Wakil Presiden BYD, Lian Yubo pada Kamis lalu di sebuah forum di Shenzhen.
Ia menambahkan, produksi bulanan perusahaan kemungkinan tidak mencapai target sebesar 20.000 hingga 30.000 kendaraan untuk Desember ini.
Banyak pabrik terpaksa tutup selama berminggu-minggu karena pekerja yang sakit dan kurangnya pesanan.
Caixin melaporkan pada Senin kemarin bahwa beberapa pabrik furnitur di provinsi Jiangsu timur telah memberitahu karyawannya untuk berlibur lebih awal dan panjang untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
Perlu diketahui, liburan Tahun Baru Imlek jatuh antara 21 Januari dan 27 Januari 2023.
Sebanyak 60 persen perusahaan tekstil dan pencelupan di provinsi pesisir Guangdong, Zhejiang dan Shandong, yang merupakan pusat manufaktur utama negara itu telah mengumumkan akan menangguhkan produksi dan libur panjang selama dua bula'.
"Beberapa minggu ke depan mungkin menjadi 'yang paling berbahaya' untuk pertempuran China dengan Covid-19. Dengan migrasi ke daerah pedesaan menjelang Tahun Baru Imlek, bagian manapun dari negara yang saat ini tidak berada dalam gelombang Covid besar, kemungkinan akan segera dilanda hal yang sama, itu akan semakin menekan output," kata Analis Capital Economics.