Rusia Sita 666 Kg Ganja di Bangunan Kandang Sapi Wilayah yang Direbut dari Ukraina
Petugas polisi di wilayah Kherson yang diklaim Rusia dari Ukraina, telah menemukan kandang sapi kosong yang penuh dengan ganja (mariyuana).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KHERSON - Petugas polisi di wilayah Kherson yang diklaim Rusia dari Ukraina, telah menemukan kandang sapi kosong yang penuh dengan ganja (mariyuana).
Temuan ini disampaikan penegak hukum setempat pada Selasa lalu.
Bangunan itu menampung total 123 kontainer ganja serta lebih dari 400 tanaman rami.
Menurut laporan polisi, total berat narkoba yang disita berjumlah 666 kg.
Baca juga: Bareskrim Benarkan Tembak Mati Pengedar 1 Kilogram Ganja di Cipayung Karena Coba Melarikan Diri
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (29/12/2022), sebuah video yang diterbitkan oleh kantor berita Rusia 'MVD media,' dan dibagikan oleh saluran Telegram resmi departemen kepolisian daerah, dimaksudkan untuk menunjukkan gudang kosong yang dipenuhi deretan kotak kardus dan tumpukan besar potongan dan tanaman rami kering.
"Pencarian sedang dilakukan untuk lokasi penyimpanan potensial dan tempat budidaya lainnya," kata polisi setempat.
Polisi itu menambahkan bahwa dua tersangka berusia 49 dan 37 tahun ditahan sebagai bagian dari penyelidikan terhadap 'produksi dan perdagangan obat-obatan terlarang dalam skala besar'.
Kendati demikian, identitas para tersangka belum terungkap.
Penggerebekan polisi di gudang tersebut tampaknya menjadi salah satu penyitaan narkoba terbesar yang diketahui di wilayah Kherson.
Sebelumnya, penegak hukum setempat melaporkan telah menahan penduduk setempat yang memiliki antara 100 dan 600 gram ganja dalam berbagai kesempatan.
Musim gugur ini, wilayah Kherson dan Zaporozhye serta Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk secara resmi diproklamirkan bergabung dengan Rusia setelah memberikan suara yang mendukung langkah dalam referendum di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Di sisi lain, pemerintah Ukraina telah menolak hasil referendum dan berjanji akan menggunakan kekuatan militer untuk mengusir Rusia dari semua tanah yang dianggap milik Ukraina.