Setelah Italia, Giliran Inggris dan Prancis Ikut Terapkan Aturan Covid-19 untuk Wisatawan China
Prancis dan Inggris telah bergabung dengan negara lain yang mewajibkan wisatawan asal China untuk memberikan hasil tes COVID-19 negatif
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Prancis dan Inggris telah bergabung dengan negara lain yang mewajibkan wisatawan yang datang dari China untuk memberikan hasil tes COVID-19 negatif sebelum naik ke pesawat.
Prancis mengatakan pada Jumat (30/12/2022) bahwa tes COVID-19 harus dilakukan kurang dari 48 jam sebelum keberangkatan dan akan diperlukan pada penerbangan langsung dari China serta penerbangan dengan persinggahan. Wisatawan di pesawat yang tiba dari China juga harus memakai masker.
Baca juga: Indonesia Cabut PPKM Saat Jepang dan China Babak Belur Hadapi Gelombang Covid-19
Sementara itu, media Inggris melaporkan bahwa negara tersebut akan mewajibkan para wisatawan yang meninggalkan China ke Inggris harus memberikan hasil tes COVID-19 negatif sebelum naik pesawat.
Dilansir dari Al Jazeera, Inggris dan Prancis menjadi negara terbaru yang memberlakukan pembatasan kedatangan wisatawan dari China, tempat kasus virus corona melonjak.
Sebelumnya pada Jumat, pemerintah Spanyol mengumumkan peraturan COVID-19 baru untuk penumpang yang tiba di bandara negara tersebut dari negara Asia.
Wisatawan dari China akan diminta untuk menunjukkan hasil tes negatif COVID-19 atau membuktikan bahwa mereka telah divaksinasi penuh terhadap virus tersebut, kata Menteri Kesehatan Spanyol Carolina Darias dalam konferensi pers.
Darias menambahkan, Spanyol akan berkoordinasi dengan negara anggota Uni Eropa lainnya untuk mengadopsi kebijakan bersama sambil mendorong perubahan kondisi saat ini yang perlu dipenuhi oleh para wisatawan yang ingin mendapat “Sertifikat COVID Digital UE”.
Baca juga: PM Italia Minta Uni Eropa Uji Covid-19 untuk Semua Penumpang yang Datang dari China
Langkah baru itu muncul setelah Komite Keamanan Kesehatan Uni Eropa mengadakan pertemuan pada Kamis (29/12/2022) guna membahas strategi blok tersebut untuk mengurangi penyebaran virus corona di tengah masuknya pengunjung dari China, menyusul keputusan Negeri Tirai Bambu mencabut sebagian besar pembatasan perjalanannya.
Italia, yang telah mengamanatkan tes COVID-19 untuk semua penumpang pesawat dari China, menyerukan agar tindakan tersebut diperpanjang di seluruh UE, serta memperingatkan bahwa tindakan tersebut berisiko tidak efektif jika diterapkan “sedikit demi sedikit oleh hanya beberapa negara” di dalam blok tersebut.
Namun Komite Keamanan Kesehatan Uni Eropa, yang terdiri dari pejabat kementerian kesehatan di seluruh blok itu dan diketuai oleh Komisi Eropa, mengatakan pihaknya yakin pengenalan wajib screening COVID-19 di seluruh Uni Eropa untuk wisatawan dari China “tidak dapat dibenarkan".
Sementara itu, Jerman mengatakan sedang mencari sistem terkoordinasi untuk memantau varian baru COVID-19 di seluruh bandara Eropa, kata Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach pada Jumat.
Dengan sistem seperti itu, varian baru dari virus corona dapat dideteksi dan langkah-langkah yang tepat dapat diambil dengan cepat, kata Lauterbach sembari menambahkan bahwa "belum diperlukan" untuk tes wajib COVID-19 pada penumpang dari China karena semua varian yang terlihat saat ini sudah diketahui.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) mengatakan "kekebalan populasi yang lebih tinggi" di UE dan "kemunculan sebelumnya dan penggantian varian selanjutnya yang saat ini beredar di China" berarti lonjakan infeksi di Beijing diperkirakan tidak akan mempengaruhi blok tersebut.
“Kami tetap waspada dan akan siap menggunakan rem darurat jika diperlukan,” tambah ECDC.
Setiap keputusan yang diambil oleh Komite Keamanan Kesehatan Uni Eropa, yang sering mengadakan pertemuan saat pandemi COVID-19 mencapai puncaknya di benua itu untuk mengoordinasikan kebijakan, hanya bersifat nasihat.
Setiap negara anggota UE bebas membuat kebijakannya sendiri, namun badan tersebut harus menyetujui keputusan bersama dan menerapkannya di seluruh blok.
Negara Eropa lainnya seperti Portugal mengatakan tidak perlu ada pembatasan baru, sementara Austria menekankan adanya manfaat ekonomi dari kembalinya turis China ke Eropa.