Infeksi Covid-19, China Catat Jumlah Kematian hampir 60 Ribu Orang dalam Waktu 1 Bulan
Infeksi Covid-19 di China telah menewaskan hampir 60 ribu orang dalam waktu 1 bulan. China saat ini sedang menghadapi lonjakan kasus Covid-19.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
NHC mengatakan rawat inap pasien Covid-19 juga memuncak pada 5 Januari 2023, ketika 1,63 juta orang dirawat di rumah sakit.
Sementara itu, 1,27 juta pasien Covid-19 masih dirawat di rumah sakit pada 12 Januari 2023, tambah Jiao.
Baca juga: Direspon Negatif Masyarakat China, Rencana Ekspansi Pabrik Tesla di Shanghai Terpaksa Diundur
WHO Minta China Terbuka soal Data Covid-19
Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara dengan Menteri Ma Xiaowei, direktur Komisi Kesehatan Nasional China, tentang situasi Covid-19 di negara tersebut.
China memberikan informasi kepada WHO dan dalam konferensi pers tentang berbagai topik, termasuk klinik rawat jalan, rawat inap, pasien yang membutuhkan perawatan darurat dan perawatan kritis, serta kematian di rumah sakit terkait infeksi Covid-19.
WHO sedang menganalisis informasi ini, seperti yang diberitakan di laman WHO.
WHO meminta agar informasi terperinci semacam ini terus dibagikan kepada WHO dan publik.
Sebelumnya, China telah berhenti menerbitkan data harian Covid-19 pada 25 Desember 2022 saat terjadi lonjakan kasus infeksi.
Hal ini menambah kekhawatiran masyarakat yang menilai pemerintah menyembunyikan informasi negatif tentang pandemi setelah pelonggaran pembatasan.
Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak akan lagi mempublikasikan data setiap hari mulai 25 Desember 2022, dikutip dari NPR.
"Mulai sekarang, CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) China akan merilis informasi Covid yang relevan untuk referensi dan penelitian."
Namun, NHC tidak mengatakan mengapa perubahan itu dilakukan.
Mereka juga tidak menunjukkan seberapa sering CDC akan merilis data.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Lonjakan Kasus Covid-19 di China