Banjir Malaysia: Johor Tampung Lebih dari 5.500 Pengungsi, Sabah Nyaris 6.500 Orang
Kantor berita Bernama melaporkan bahwa 55 pusat bantuan telah dibuka di Johor pada Kamis kemarin pukul 8 pagi
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JOHOR - Lebih dari 5.500 dan hampir 6.500 pengungsi banjir harus meninggalkan rumah merekadi Johor dan Sabah di tengah musim timur laut yang membawa hujan lebat terus menerus ke beberapa negara bagian Malaysia.
Hingga Kamis kemarin pukul 12 malam, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (NADMA) Malaysia mencatat 5.528 korban banjir di Johor dan 6.331 korban banjir di Sabah.
Angka ini meningkat dari 3.937 korban banjir di Johor yang tercatat 24 jam sebelumnya.
Kantor berita Bernama melaporkan bahwa 55 pusat bantuan telah dibuka di Johor pada Kamis kemarin pukul 8 pagi untuk menampung para pengungsi banjir.
Segamat adalah distrik yang paling terkena dampak di Johor, diikuti oleh Kluang dan Mersing, menurut komite penanggulangan bencana negara pada hari Rabu.
Baca juga: Remaja Bangladesh Tertidur saat Main Petak Umpet di Kontainer, Tak Sengaja Terangkut Sampai Malaysia
Sabah telah menampung lebih dari 6.000 pengungsi banjir baru hanya dalam sehari.
Menurut Bernama, 26 pusat bantuan banjir dibuka pada Kamis, pukul 8 pagi.
Kabupaten yang mencatat lonjakan pengungsi mendadak pada Rabu antara lain Kota Marudu, Kudat dan Paitan.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (27/1/2023), Departemen Meteorologi Malaysia (MetMalaysia) memperingatkan pada Rabu lalu bahwa curah hujan diperkirakan akan berlangsung di beberapa bagian negara, termasuk Kalimantan hingga Senin depan.
Bulan lalu, Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, yang merupakan ketua Komite Manajemen Bencana Pusat, menyerukan langkah-langkah jangka panjang segera untuk menyelesaikan masalah banjir di negara tersebut, termasuk proyek mitigasi banjir holistik.
Ahmad Zahid mengatakan bahwa upaya pengelolaan banjir seperti itu, jika selesai, dapat memastikan pengelolaan banjir jangka panjang yang baik hingga tahun 2100.
Banjir merupakan fenomena tahunan di Malaysia akibat musim timur laut yang membawa hujan lebat dari November hingga Maret.