Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lima Pria Rusia Tinggal di Bandara Korsel Selama Berbulan-bulan Usai Mengkir dari Wajib Militer

Tiga warga Rusia tiba pada Oktober tahun lalu, sementara dua orang lainnya tiba di Korea Selatan pada November, kata pengacara mereka Lee Jong-chan.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Lima Pria Rusia Tinggal di Bandara Korsel Selama Berbulan-bulan Usai Mengkir dari Wajib Militer
AFP/STRINGER
Warga Rusia mengantri di luar pusat layanan publik untuk menerima nomor identifikasi individu untuk orang asing di kota Oral (Uralsk), Kazakhstan, pada 28 September 2022. - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pada 21 September mobilisasi ratusan ribu warga Rusia. pria untuk mendukung tentara Moskow di Ukraina, memicu demonstrasi dan eksodus pria ke luar negeri. (Photo by STRINGER / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Lima pria yang melarikan diri dari Rusia usai pengumuman mobilisasi militer Moskow pada September lalu kini berada di Bandara Internasional Incheon Korea Selatan selama berbulan-bulan setelah pihak berwenang Seoul menolak menerima mereka.

Tiga warga Rusia tiba pada Oktober tahun lalu, sementara dua orang lainnya tiba di Korea Selatan pada November, kata pengacara mereka Lee Jong-chan.

Lee mengatakan permohonan kliennya untuk status pengungsi ditolak oleh Kementerian Kehakiman Korea Selatan, sehingga membuat mereka terdampar di area keberangkatan selama berbulan-bulan sambil menunggu keputusan atas banding mereka.

Baca juga: Berlibur Saat Negaranya Digempur Rusia, Pejabat Partai di Ukraina Bakalan Dipecat

“Mereka diberi satu kali makan sehari, yaitu makan siang. Tapi untuk sisa hari itu mereka hidup dari roti dan minuman,” ungkapnya, seperti yang dikutip dari CNN.

Mereka dapat mandi namun harus mencuci pakaian dengan tangan dan tidak dapat meninggalkan area keberangkatan dan bebas bea, tambah Lee.

“Mereka memiliki akses terbatas ke perawatan medis (dan) tidak ada dukungan untuk kesehatan mental mereka yang penting mengingat situasi genting mereka,” lanjutnya.

Berita Rekomendasi

“Mobilisasi parsial” warga Rusia untuk bertempur dalam perang melawan Ukraina memicu protes kemarahan dan memicu eksodus massal saat Moskow mengumumkan langkah tersebut pada September lalu. Banyak pria Rusia bergegas melintasi perbatasan darat negara itu atau membeli tiket pesawat ke luar negeri.

Data kolektif menunjukkan lebih dari 200.000 orang melarikan diri dari Rusia ke Georgia, Kazakhstan, dan Uni Eropa pada minggu pertama setelah mobilisasi diumumkan.

"Saya tidak mendukung apa yang terjadi, jadi saya memutuskan bahwa saya harus segera pergi," kata seorang pria yang berangkat dari Rusia ke Belarusia dalam sebuah wawancara pada tahun lalu.

Baca juga: Ukraina Hancur Digempur Rusia, IMF Pertimbangkan Paket Bantuan Rp 239 Triliun

“Rasanya buruk karena banyak teman saya, banyak orang tidak mendukung perang dan mereka merasa terancam oleh apa yang sedang terjadi, dan tidak ada cara demokratis untuk benar-benar menghentikan ini, bahkan untuk menyatakan protes Anda,” sambungnya.

Pria Rusia hingga usia 60 tahun tanpa catatan kriminal memenuhi syarat untuk wajib militer. Sementara pengalaman militer sebelumnya tidak selalu diperlukan.

Tentara yang menolak untuk berperang dan kembali ke garis depan dilaporkan ditahan di ruang bawah tanah di wilayah pendudukan Ukraina dan menghadapi tuduhan desersi, menurut kesaksian keluarga mereka.

Pria Rusia yang dibebaskan dari wajib militer antara lain mereka yang dihukum karena kejahatan seks terhadap anak di bawah umur, pengkhianatan, mata-mata atau terorisme.

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-338: Rudal dan Drone Bombardir Kyiv, 11 Orang Tewas

Kementerian Kehakiman Korea Selatan telah menolak pengajuan warga-warga Rusia tersebut dan mengatakan "tidak layak untuk dievaluasi", dengan alasan bahwa penolakan wajib militer bukanlah alasan untuk pengakuan pengungsi, ungkap Lee.

“Penolakan mereka untuk bertugas di militer Rusia harus diakui sebagai alasan politik, mengingat invasi Rusia ke Ukraina dikutuk oleh hukum internasional,” ujarnya.

Kelompok hak asasi manusia telah meminta pemerintah Korea Selatan untuk menerima para pria itu sebagai pengungsi.

“Mereka yang mengajukan status pengungsi setelah melarikan diri dari penganiayaan politik dan agama dari negara asalnya memiliki hak atas perlindungan di bawah hukum internasional,” kata kelompok advokasi hak asasi Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.

Sangat mungkin bahwa orang-orang itu akan “ditahan atau dipaksa wajib militer” jika mereka kembali ke rumah, tambah kelompok itu.

Baca juga: Jepang Perketat Sanksi atas Rusia, Daftar Larangan Ekspor Diperluas

Pria-pria Rusia itu telah mengajukan banding atas keputusan tersebut dan tiga dari mereka akan menghadapi putusan pertama pada 31 Januari, di mana pengadilan akan memutuskan apakah kasus mereka “layak untuk dievaluasi”, kata Lee.

Jika keputusan pengadilan mendukung mereka, Kementerian Kehakiman Korea Selatan kemudian harus meninjau pengajuan status pengungsi bagi pria-pria itu.

Wajib militer adalah masalah sensitif di Korea Selatan. Negeri Gingseng menetapkan dinas militer wajib untuk semua pria berbadan sehat antara usia 18 dan 35 tahun. Bahkan atlet atau selebritas K-pop pun tidak dibebaskan dari wajib militer.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas