Dianggap Bawa Kemunduran bagi Prancis, Erdogan Pertanyakan Kompetensi Macron
Erdogan menyampaikan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak memiliki pengalaman untuk menjadi pemimpin negara itu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Emmanuel Macron tidak layak menjadi Presiden Prancis dan telah mengalami kemunduran yang signifikan terkait hubungan dengan Afrika.
Ia mengklaim bahwa dengan kepemimpinan Macron, Prancis kehilangan pengaruh secara global.
Berbicara dalam pertemuan pemuda di provinsi Bilecik di Turki barat pada hari Minggu lalu, Erdogan menyampaikan bahwa 'Presiden Prancis tidak memiliki pengalaman untuk menjadi pemimpin negara itu'.
Baca juga: Erdogan Meradang, Finlandia Boleh Gabung NATO Tapi Tanpa Swedia
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (31/1/2023), Pemimpin Turki itu mengacu pada perkembangan terkini dalam hubungan Prancis dengan negara-negara Afrika dalam mendukung kasusnya.
"Lihat, mereka (Prancis) mengeksploitasi negara-negara Afrika sekarang. Mali benar-benar putus hubungan dengan Prancis saat ini," tegas Erdogan.
Erdogan pun mencatat bahwa Burkina Faso telah memberi waktu satu bulan kepada pasukan Prancis untuk meninggalkan negara itu.
Baca juga: Aktivis Sayap Kanan Prancis Diadili atas Rencana Pembunuhan terhadap Macron
Sebelumnya pada Januari 2023, negara Afrika Barat itu menangguhkan perjanjian 2018 tentang penempatan tentara Prancis di wilayahnya.
Hubungan antara Prancis dan negara bekas jajahannya pun mengalami penurunan, dengan penduduk setempat menyalahkan Prancis karena dianggap tidak mampu memerangi ekstremis.
"Dan saya pikir Togo, mereka akan mengirim (pasukan Prancis keluar) juga," kata Erdogan.
Menurutnya, Prancis 'secara cepat kehilangan reputasinya' di Afrika.
"Kami telah melakukan banyak pertemuan dengan mereka (Prancis), di pertemuan internasional dan sebagainya, tetapi mereka tidak jujur. Macron juga 'kehilangan kredibilitasnya di parlemen'," tutur Erdogan.
Prancis terus-menerus kehilangan kredibilitas di komunitas internasional.
"Tentu saja, ada banyak pemimpin seperti ini di dunia. Dalam hubungan dengan Yunani di Mediterania, mereka mengabaikan Turki dan menjalin hubungan yang berbeda dengan mereka," jelas Erdogan.
Perlu diketahui, Macron dan Erdogan sering terlibat dalam bentrokan verbal.
Baca juga: Cegah HIV, Emmanuel Macron Gratiskan Kondom dan Kontrasepsi bagi Anak Muda di Prancis
Salah satu insiden paling terkenal terjadi pada 2020, saat Erdogan kesal dan mengatakan bahwa rekannya dari Prancis itu 'membutuhkan terapi mental' sambil mengkritik sikap Macron terhadap Islam dan Muslim.
Pada saat itu, Macron mengatakan bahwa Muslim radikal di Prancis bersalah atas 'separatisme Islam'.
Menanggapi komentar Erdogan, Prancis pun memanggil Duta Besarnya untuk Turki untuk konsultasi.