Update Gempa Turki dan Suriah: Korban Tewas Sudah Lebih dari 20.000 Orang
Jumlah korban lampaui 20.000 orang pada Kamis (9/2/2023) malam, di Turki korban tewas menjadi 17.406, sementara di Suriah mencapai 3.317.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Total korban tewas akibat gempa bumi yang melanda Turki barat daya dan Suriah utara pada Senin (6/2/2023), meningkat menjadi lebih dari 20.000 jiwa.
Penghitungan diperkirakan akan meningkat lagi saat petugas menyisir ribuan puing-puing bangunan yang rata dengan tanah.
Dikutip Al Jazeera, badan bencana Turki melaporkan jumlah korban tewas yang dikonfirmasi negara itu pada Kamis (9/2/2023) malam menjadi 17.406.
Sementara jumlah nyawa yang hilang di negara tetangga, Suriah mencapai 3.317 jiwa.
Peluang untuk menemukan korban selamat semakin menipis setelah 72 jam berlalu sejak gempa bumi.
Saat upaya penyelamatan berlanjut, puluhan ribu orang yang selamat dievakuasi dari kota-kota Turki yang paling parah terkena dampak.
Baca juga: Populer Internasional: Anak Perempuan Lindungi Adik saat Gempa - Wagner Rusia Berhenti Rekrut Napi
Sementara itu, warga sipil di kota-kota Suriah membantu menguburkan korban tewas akibat gempa.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengumumkan keadaan darurat tiga bulan pada hari Selasa untuk mempercepat upaya pencarian dan penyelamatan.
Erdogan mengatakan bahwa gempa bumi tersebut telah menyebabkan kehancuran besar dan “dapat digambarkan sebagai bencana abad ini”.
“Ratusan ribu orang mengambil bagian dalam upaya bantuan. Semua jenis tim dan kendaraan dari seluruh negeri telah dikirim ke wilayah tersebut, ”katanya.
Baca juga: Menlu: Indonesia Kirim 2 Pesawat Pembawa Bantuan untuk Turki dalam Waktu Dekat
Dikutip Guardian, gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,8 skala richter ini berpusat di tenggara Turki, tepatnya di provinsi Kahramanmaras pada Senin pagi, pukul 04.17 waktu setempat.
Turki dan Suriah merupakan negara tetangga, sedangkan pusat gempa yakni di Kahramanmaras berada di perbatasan kedua negara.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)