Serbia: Semua Pihak Bersiap untuk Perang, Amunisi Laris Manis seperti Kacang Goreng
Industri militer Serbia telah menggenjot produksi senjata dan amunisi untuk memenuhi permintaan yang meroket akibat konflik di Ukraina.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEOGRAD - Industri militer Serbia telah menggenjot produksi senjata dan amunisi untuk memenuhi permintaan yang meroket akibat konflik di Ukraina.
Pernyataan ini disampaikan Presiden Serbia Aleksandar Vucic pada Selasa lalu.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (23/2/2023), mengunjungi pameran senjata IDEX di Uni Emirat Arab (UEA), Vucic mengatakan dunia saat ini sedang mempersiapkan perang.
"Semua orang membutuhkan amunisi. Setiap orang membeli segalanya, apapun yang bisa kami hasilkan akan dijual. Saya tidak tahu mengapa beberapa barang ini belum juga berakhir penggunaannya di medan perang Ukraina," kata Vucic.
Permintaan untuk keperluan perang seperti roket untuk sistem peluncur ganda 'Grad' telah meningkat sebesar 70 persen.
Ia mencatat bahwa negaranya ingin memperluas beberapa produksi amunisi, karena semuanya diminta.
"Amunisi laris manis seperti kacang goreng," tegas Vucic.
Vucic mengklaim Rusia menggunakan 35.000 putaran per hari, dan Ukraina sekitar 16.000, yang bertambah selama setahun.
"Serbia berusaha menahan setidaknya beberapa perangkat keras untuk kebutuhannya sendiri. Tentara kami dan negara kami harus didahulukan, setidaknya 30 persen dari semua yang dibuat di Serbia harus tetap di Serbia. Kami hanya bisa menjual apa yang bisa kami sisakan. Semua orang ingin berperang, semua orang bersiap untuk perang," papar Vucic.
Khawatir dengan lingkungannya sendiri, Serbia juga mengimpor apapun yang bisa diimpor, termasuk tawaran untuk jet tempur Rafale dari Prancis.
Menurut Vucic, kontrak dengan Emirates untuk drone kamikaze harus ditandatangani akhir pekan ini.
Baca juga: Jelang Setahun Invasi Rusia, Joe Biden Tegaskan Dukungan AS untuk Ukraina
"Kami dikelilingi oleh negara-negara NATO. Bosnia-Herzegovina bukan (anggota), namun pasukan NATO juga ada di sana, juga di bagian wilayah kami sendiri, di Kosovo," tutur Vucic.
Dimintai komentar tentang situasi di Ukraina, Vucic mengaku berharap adanya 'perubahan besar di medan perang' dalam dua hingga tiga hari ke depan, yang dapat menyebabkan tekanan lebih lanjut negara Barat terhadap Serbia.
Vucic sejauh ini menolak tuntutan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) untuk memberikan sanksi kepada Rusia, bersikeras pada netralitas militer Serbia dalam konflik yang sedang berlangsung.